Mohon tunggu...
Aymara Ramdani
Aymara Ramdani Mohon Tunggu... Administrasi - Orang yang hanya tahu, bahwa orang hidup jangan mengingkari hati nurani

Sebebas Camar Kau Berteriak Setabah Nelayan Menembus Badai Seiklas Karang Menunggu Ombak Seperti Lautan Engkau Bersikap Sang Petualangan Iwan Fals

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jawa Barat Welas Asih: Harmoni dalam Keberagamaan, Toleransi dalam Keberagaman, Pancasilais dan Demokrasi

4 Oktober 2019   14:20 Diperbarui: 4 Oktober 2019   14:31 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Manusia Modern memasuki proses dimana ia menjauhi sisi budaya kita yang cenderung kuno dan tidak modern. Manusia modern begitu dimanjakan dengan kecanggihan dunia teknologi informasi. bahjkan dengan kecerdasan artificial.  nilai-nilai budaya mulai dijauhi dan dilupakan. tapi sejatinya manusia modern perly air kerinduan untuk kembali ke alam, kembali kepada budayanya yang masih terpatri jelas didalam rongga dadanya. dan sejatinya juga kembali ke alam. Jadi kembali kepada kebudayaan kita yang luhur adalah prosese rereligiusitas. karena kita kembali ke Tuhan"

Pola perilaku social budaya kaum muda Indonesia dewasa ini mengalami pergeseran yang luar biasa. Itu hanya amatan saya saja. Bahwa pola-pola kehidupan social budaya pada masa muda saya uyang bisa saya sebut zaman "colonial" namun lebihmengedepankan etika dan norma yang masih diagungkan. Namun kini pergeseran perilaku itu begitu dahsyat berubahnya. Etika dan norma-norma yang harusnya kita jadikan sebagai acuan, kini sirna, atau makin memnudar, jika tidak mau kita katakana lenyap. Anak-anak muda zaman sekarang ini milenial atau gen --z di kota-kota besar sudah menjadi pribadi yang individualistis dan egois. Ia berpacu pada peradaban baru serba instan dan digital. Kita dituntut atau dipaksa untuk mengikuti perkembangan teknologi infomasi yang begitu cepat. Jika tidak, kita tertinggal dan terbelakang.

Untuk kaum muda di kota-kota besar di Jawa Barat pun sama. Kaum muda di jawa barat dari aspek demografinya saja , ternyata 20% penduduk Indonesia tinggal di Jawa Barat. Angka yang tidak sedikit . Prosentase usia produktif ternyata cukup tinggi , yang kita sebut sebagai generasi  millennial. Anak-anak milenial ini, tidak hanya di Jawa Barat, dia hidup dengan angannya sendiri dan sifat hedon yang semangkin meningkat. Untuk itu, untuk mengingatkan kembali tentang penting sebuah budaya. Program Jawa Barat Welas Asih ini merupakan sebuah oase ditengah kehausan akan budaya Sunda yang kian semangkin jauh didapati. Nilai-Nilai Welas Asih kami bangkitkan kembali. Agar satu sama lain lebih mengenal. Sifat indivudualistiknya di hilangkan dan rasa empati yang tinggi kembali kami ingatkan.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

 "Pangkal agama adalah pengenalan hakiki (makrifat) akan Tuhan", sedangkan "makrifat itu adalah akhlak yang baik", sementara "akhlak yang baik itu adalah silaturahim: memasukkan rasa bahagia ke dalam hati sesama."

 Prinsip welas asih diambil dari inti ajaran dari semua agama. Kita diajarkan. "Tidak beriman semua kalian kecuali kalian menginginkan untuk orang lain apa-apa yang kalian inginkan untuk diri kalian sendiri". Hingga nabi mengatakan; "Tidak beriman kalian kalau kalian bisa tidur nyenyak dalam keadaan tetangga kalian kelaparan." Dan ajaran seperti ini bukan hanya ada didalam ajaran agama Islam, tapi ada disemua agama.  Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kehidupannya diatur oleh perasaan Welas Asih warganya kepada warga yang lain.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Dunia kita sekarang ini banyak dipenuhi dengan kebencian, dengan keakuan, mementingkan diri sendiri. Perang dimana-mana, bukan hanya di dunia barat, tapi juga didunia Islam dan orang tidak lagi memikirkan kesulitan-kesulitan yang diderita oleh orang lain.

Sementara di dunia, Dunia Spiritual tumbuh subur, termasuk akibat kekecewaannya pada sifat Matrealisme dan rasionalitas yang berlebihan Di sisi lain, perselingkuhan ulama dengan penguasa ini malah kian dikukuhkan dengan miopisme para penguasa yang mengira bahwa memanipulasi komunitas agama menguntungkan bagi perluasan basis konstituennya. Padahal, kenyataan menunjukkan bahwa para politisi "kuper" ini sering salah paham, mengira bahwa kerasnya suara kelompok seperti ini, dan "kegagaperkasaan" mereka, mewakili jumlah yang banyak. Kenyataannya, kelompok "keras" dan politisi model begini tak pernah benar-benar memenangi hati masyarakat luas.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Isu teror, Radikalisme, kegalauan, kebingungan dan kekacauan menghantui kita sekarang ini. Kita sekarang ini sedang mengalami krisis multidimensi yang menggila. Kita berusaha untuk meraih kebahagiaan, namun jalan yang kita ambil justru bertolak belakang dengan apa yanga kita inginkan. Badai itu tetap saja menjalar ke dalam tubuh kita, dan kita tidak bisa menghindarinya. Mengapa banyak orang sekarang ini tetap saja merasa kesepian, hampa dan yang lebih mengerikan adalah timbulnya konflik yang di sebabkan salahsatunya oleh Media Sosial. Fenomena Medsos ini semakin menggila dan mungkin sarana yang paling efektif untuk menebarkan baik kejahatan maupun kebaikan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun