Mohon tunggu...
Aymara Ramdani
Aymara Ramdani Mohon Tunggu... Administrasi - Orang yang hanya tahu, bahwa orang hidup jangan mengingkari hati nurani

Sebebas Camar Kau Berteriak Setabah Nelayan Menembus Badai Seiklas Karang Menunggu Ombak Seperti Lautan Engkau Bersikap Sang Petualangan Iwan Fals

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Soekarno dan Pemikiran Islam yang Progresif

23 November 2017   14:21 Diperbarui: 3 April 2018   13:38 1205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Soekarno tidak hanya Revolusioner dalam berjuang untuk membangun bangsa kita dari sebelum merdeka hingga terbebas dari cengkraman penjajah. Soekarno membangunkan semangat yang ada di dalam pikiran anak-anak muda pada kala itu.  Di samping pemikirannya yang revolusioner tadi, pemikiran Soekarno juga tentang Islam begitu progresif dan visioner. Pemikiran-pemikirannya banyak membuat decak kagum negara-negara lain. Kepiawaiannya dalam berdiplomasi membuat Soekarno begitu disegani. Ada sebuah kisah bagaimana Soekarno mampu membuat Nikita Kruschev memenuhi keinginannya bahwa di wilayahnya pada saat itu, Samarkand, Uzbekistan tepatnya terdapat makam Perawi hadis yang begitu di hormati oleh Umat Islam, yaitu makam Imam Bukhari. Soekarno akan datang memenuhi undangan Kruschev tersebut, namun dengan syarat bahwa pemerintahan Uni Soviet harus menemukan makam tersebut dan meminta kepada Nikita Kruscev untuk memugar dan mempercantik makam Imam Bukhri. Luar biasa. Bagimana Bung Karno bisa mengetahui makam Imam Bukhari tersebut ada disana, Wallahu A'lam Bishawab

Imbasnya adalah, hingga kini ketika bangsa Indonesia ingin berziarah ke makam Imam Bukhari tersebut, diberikan previlage hingga kepusaranya, sementara negara lain hanya di pintu gerbangnya saja. Luar biasa.

Kemudian, 30 September 1960 , Ketika sidang umum PBB XV Bung Karno memaparkan dalam pidatonya yang fenomenal dengan judul  To Build the World Anew, Membangun Tatanan Dunia yang Baru.

Saya kutipkan pidato tersebut disini hanya pada alinea ke empat saja, karena alinea tersebut mengutip dari surat Al-Hujarat (49) ayat (13) yang dikutip oleh Soekarno, ayat tersebut adalah menggambarkan konsep kebangsaan, yang diminta untuk saling mengenal satu sama lain. Terang saja pidato tersebut membuat geger bangsa-bangsa Arab. Karenanya, ia kemudian dinobatkan sebagai Pahlawan Islam Asia-Afrika. Penobatan itu dilakukan pada pertemuan para pemimpin negara-negara Asia Afrika di Kairo Mesir, yang kemudian melahirkan Gerakan Non Blok, tahun 1961.

Kitab Suci Islam mengamanatkan sesuatu kepada kita pada saat ini. Qur’an berkata: “Hai, sekalian manusia, sesungguhnya Aku telah menjadikan kamu sekalian dari seorang lelaki dan seorang perempuan, sehingga kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu sekalian kenal-mengenal satu sama lain. Bahwasanya yang lebih mulia diantara kamu sekalian, ialah yang lebih taqwa kepadaKu”.

 

Bung Karno dan pemikiran progresifnya tentang Islam.

Menjadi Radikal Karena Pemahaman

Menjadi Toleran karena Pengalaman.

(Islam itu Ramah Bukan Marah, Irfan Amalee, hal 20)

 Soekarno jelas seorang Muslim. Itu tidak usah di ragukan lagi. Walau Bung Karno terlahir bukan dari keluarga yang kental akan Islamnya, coba kita telaah dari keluarganya. Raden Sukemi Sosrodihardjo, sang ayah lebih dikenal sebagai penganut Kejawen, (teosofie) meskipun secara formal beragama Islam. Idayu, Sang ibu, bukan penganut Islam. Ibunda Bung Karno adalah seorang pemeluk agama Hindu-Bali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun