Hari itu Mala harus bangun lebih pagi karena ada jadwal kerja ke kantor pusat di Jakarta Utara. Jika biasanya ia bangun 04.30 kali ini ia harus bangun jam 03.15 demi bisa mengejar kereta pertama atau kereta paling pagi dari Bogor pukul 04.00 menuju ke Jakarta Kota.
Hari-hari seperti itu harus Mala lalui setidaknya 2 sampai 3 kali dalam sebulan, sementara di hari lain ia akan naik Commuter Line (KRL) jam 05.00 pagi dari stasiun Bogor dan menuju ke stasiun Pasar Minggu untuk menuju kantornya yang ada di daerah Jakarta Selatan.
Jarak rumah Mala ke stasiun Bogor sekitar 1,6 km dan biasanya ia akan memangkasnya dengan menaiki angkot. Sampai di stasiun ia harus buru-buru naik kereta agar tak ketinggalan. Maklum di jam kerja, jarak 5 menit, 10 menit menjadi sangat berarti. Perjalanan dengan menggunakan KRL kurang lebih membutuhkan waktu sekitar 2 jam.
Kalau dapat tempat duduk, Mala berusaha memaksimalkan waktu dengan menulis artikel, blog walking, mengedit desain dan video dari ponselnya. Sementara jika apes harus berdiri ya tidak banyak yang bisa dia lakukan selain menunggu.
Pukul 06.59 kereta yang Mala naiki sampai di Pasar Minggu. Selanjutnya ia masih harus melanjutkan perjalanannya menuju ke kantor dengan menggunakan Bus Trans Jakarta. Â Terkadang jika terlambat naik kereta ia akan turun di stasiun Cawang karena jarak ke kantor jauh lebih dekat.
Rutinitas seperti itu terus berulang setiap hari dalam hidup Mala. Pekerjaannya sebagai tim kreatif mengharuskannya menempuh jarak bolak-balik dari Bogor menuju ke Jakarta dengan menggunakan transportasi umum.
Faktor murah menjadi pertimbangan utama Mala memilih menggunakan KRL. Biaya KRL dari stasiun Bogor hingga stasiun Pasar Minggu sekitar 5000 rupiah saja. Kalau harus naik bus maka biayanya bisa 5 kali lipat atau sekitar 25.000 rupiah. Sementara kalau memilih taksi online atau ojek online tentu membutuhkan rupiah yang jauh lebih banyak.
Dengan gaji tak jauh-jauh dari UMR memilih KRL sebagai transportasi sehari-hari sudah menjadi pilihan paling tepat bagi Mala. Selain tarif yang murah, KRL memang menjangkau banyak titik tempat di Jabodetabek. Wajar kiranya jika KRL jadi pilihan transportasi banyak orang.
Saya mengenal Mala dari sebuah acara komunitas. Ia senang sekali tersenyum dan selalu cerita namun di balik itu semua, rupanya tak ada yang tahu perjuangan hidup yang harus ia lalui setiap hari. Mala hidup bersama kedua orang tuanya di Ciomas, Bogor. Selain sebagai anak pertama ia juga menjadi tulang punggung bagi keluarganya.
Bekerja sudah bukan lagi hobi yang menyenangkan tapi sudah menjadi kebutuhan hidup yang harus ia jalani. Perjalanan di KRL memang tidak mudah, apalagi bicara ketika jam kerja. Kepadatan penumpang bukan lagi hal asing di telinga para pengguna KRL. Meski begitu KRL masih tetap menjadi pilihan paling realistis para pejuang rupiah di Jakarta seperti Mala.