Ada istilah tak kenal maka tak sayang, mungkin itulah ungkapan yang tepat untuk mewakili niat dari teman-teman komunitas Click Kompasiana dan Kreatoria berkunjung ke tempat istirahatnya MRT Jakarta. Tak hanya menggunakannya sebagai moda transportasi, kami juga ingin mengetahui bagaimana salah satu ikon modernitas kota Jakarta ini dirawat setiap harinya.
Cerita dimulai dari Stasiun Bundaran HI. Sebuah stasiun yang terletak di salah satu landmark kota Jakarta yang sekaligus menjadi ujung utara dari rute MRT. Stasiun ini berdiri tepat di antara kawasan segitiga emas, sebuah pusat bisnis dan perbelanjaan mewah sang mantan ibu kota.
Hari itu langit Jakarta sudah mulai kembali menampakkan aslinya, warna biru perlahan pudar seiring berakhirnya perayaan hari raya. Beruntung tidak hujan jadi kami yang memilih berjalan kaki dari stasiun bisa menapak dengan penuh kelegaan.
"Acara MRT ya Kak, turun ke bawah nanti lurus saja Kak sudah di tunggu di sana," kata penjaga di depan pintu masuk A. Rupanya para petugas berkoordinasi dengan baik. Mereka telah menerima kabar kunjungan kami sehingga kami tak harus celingukan seperti orang hilang.
Di dalam, banyak kawan telah menunggu. Sembari menunggu kawan yang belum datang, kami pun bersalaman, bertukar kue lebaran hingga bertukar bercerita. Maklum sudah lama kami tak bertegur sapa.
Tak berselang lama kegiatan pun dimulai. Kak Salsa dan Kak Ahmad Zubaidi selaku perwakilan pihak MRT menyambut serta memberi pengarahan mengenai tata tertib di area stasiun MRT. Salah satunya adalah larangan makan dan minum di area berbayar (area setelah tap in). Selanjutnya kami pun melakukan perjalanan ke Lebak Bulus.
Masing-masing dari kami sudah menyiapkan kartu berisi saldo minimal 30 ribu rupiah sebagaimana arahan sebelumnya. Hal ini untuk memudahkan kita saat melewati gate yang nantinya akan memotong saldo e-Money yang kita gunakan, sebesar Rp 14.000,-. Nominal tersebut merupakan tarif tertinggi dan terjauh yaitu dari Stasiun Bundaran HI hingga stasiun Lebak Bulus. Bisa dibilang ini akan menjadi rute MRT terjauh yang pernah saya tempuh.
Matahari sedang terik-teriknya ketika kami sampai di stasiun Lebak Bulus. Area Depo yang akan kami kunjungi sudah terlihat sedari kami menuruni gerbong kereta. Nantinya kami akan berjalan kaki ke sana. Tidak begitu jauh, mungkin sekitar 400 hingga 500 meteran.
Di depan area pintu masuk timur ada pos bertuliskan "Depo Lebak Bulus". Di tempat inilah MRT yang sehari-hari menjadi moda transportasi andalan kita semua beristirahat dan dirawat.
Depo Lebak Bulus memiliki luas sekitar 10.5 hektar. Dalam kondisi maksimal, depo ini mampu menampung hingga 30 rangkaian kereta namun untuk saat ini depo hanya menampung 16 rangkaian saja.
Memang MRT kita baru memiliki 16 rangkaian kereta tapi kabarnya akan dilakukan penambahan seiring bertambahnya jalur baru. Dari 16 rangkaian yang ada biasanya 14 rangkaian dioperasikan setiap hari sementara 2 sisanya standby di depo.