Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... irero

Sustainable lifestyle learner | Book sniffer | another me : irerosana.com | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Cerita Takjil dari Masa Lalu untuk Kita di Masa Depan

4 Maret 2025   19:44 Diperbarui: 5 Maret 2025   08:32 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjual takjil di Benhill (Dokumentasi Pribadi/irerosana)

Tulisan ini akan membawamu banyak-banyak traveling ke masa lalu. Masa di mana pemakaian plastik belum semasif seperti sekarang. Masa di mana styrofoam dan kita belum saling mengenal dekat. 

Buat anak Gen Z dan Gen Alpha yang mungkin belum mengalaminya, tulisan ini akan sedikit memberikan gambaran bagaimana anak milenial dan Gen X melalui masa mudanya.

Baru tadi pagi saya saling berkabar dengan Bapak melalui sambungan telepon. Kami mengobrol mengenai banyak hal, salah satunya bagaimana ramadan di zaman Bapak masih muda dulu. Mungkin sekitar tahun 70-an. Bapak bilang dulu ia bersama teman-temannya kesulitan mengumpulkan sisa bungkus plastik yang tidak terpakai untuk diikat bulat menjadi bola sepak. 

"Memang sesulit itu mencari plastik?" tanya saya.

Kata Bapak, memang sulit. Bungkus plastik di zaman itu tidak sebanyak sekarang. Bahkan Bapak dan kawan-kawannya harus berkeliling untuk mencari tambahan plastik tapi memang sulit. Baru setelahnya di tahun 80-an bola sepak yang terbuat dari plastik mulai dijual. Saya tidak tahu kondisi daerah lain tapi itu setidaknya yang terjadi di kampung halaman Bapak.

"Terus kalau plastik belum banyak, takjil dibungkus pakai apa, Pak?" tanya lebih lanjut.

"Ya tidak dibungkus. Kalau gorengan ya gitu saja. Kalau kue ya pakai daun pisang." balas Bapak. Kurang lebih begitu terjemahannya. Sebetulnya kami mengobrol dalam bahasa Jawa.

Obrolan itu mengingatkan saya dengan masa muda era 90-an dulu. Kalau dipikir-pikir memang pemakaian plastik di zaman dulu memang belum semarak seperti sekarang. Mungkin pembaca ada yang ingat, dulu minuman-minuman ringan seperti Coca Cola, Fanta, teh itu dijual dalam botol kaca. Kita minum sampai habis lalu mengembalikan botolnya ke warung.

Saya juga masih ingat, dulu setiap kali ada selametan, berkatnya menggunakan besek yang terbuat dari bambu. Nasinya tidak dibungkus mika tapi daun jati atau daun pisang. Kalau beli nasi goreng dibungkus daun pisang yang luarnya dilapisi kertas bekas ujian. Bahkan saya kalau beli bubur ke pasar bungkusnya ya dipincuk menggunakan daun pisang atau daun jati.

Banyak hal yang dulu kami lakukan di zaman itu ternyata -kalau istilah zaman sekarang termasuk: sustainable life. Kami tanpa sadar sudah menerapkan gaya hidup berkelanjutan. 

Tahun berganti tahun, jumlah pemakaian plastik semakin hari semakin bertambah. Judulnya sih agar lebih higienis tapi ujung-ujungnya jadi tumpukan sampah yang merusak lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun