Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Administrasi - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Cerita Berburu Sepeda dari Depok hingga Jakarta

25 Juni 2020   11:20 Diperbarui: 26 Juni 2020   18:26 1412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir-akhir ini suara putaran roda sepeda memenuhi jalanan di depan rumah saya. Pencurian sepeda mendadak meningkat sementara timeline sosmed berisi berita mengenai antrean panjang di berbagai toko sepeda.

Sepeda memang sedang naik daun. Kondisi ini tentu memengaruhi keinginan membeli sepeda lipat yang sedari tahun lalu saya pendam. Tentu saja kali ini saya ingin benar-benar membelinya dan tidak sebatas wacana. Tanpa pikir panjang saya mulai melakukan pencarian.

Sebetulnya saya awam soal sepeda, tak tahu menahu merek-merek maupun harga-harga. Maka dari itulah hal pertama yang saya lakukan adalah membekali diri dengan sedikit pengetahuan baik dari browsing maupun menguping dari beberapa tetangga yang lebih dulu membelinya.

Setelah cukup informasi, hal kedua yang saya lakukan adalah menentukan apakah akan membeli bekas ataukah baru. Persoalan ini tentu berpengaruh terhadap letak pencarian.

Berburu sepeda baru dan bekas tentu berbeda. Sepeda bekas bisa didapat dari bengkel-bengkel sepeda, lewat online atau melalui perorangan, sementara yang baru bisa kita beli di toko-toko yang tergolong besar baik langsung maupun online. Namun, tak dipungkiri juga ada beberapa toko kecil yang menjual baru, sekaligus menerima servis dan menjual bekas.

Mulanya saya tertarik untuk membeli sepeda bekas. Selain karena murah, beberapa tipe lawas memang hanya bisa dibeli bekasnya saja. Untuk bisa mendapat yang bagus saya pun menyelinap dari satu bengkel ke bengkel lain. Mulai dari yang terlihat hingga yang ngumpet di balik gang-gang kecil.

Mencari sepeda bekas memang membutuhkan kesabaran. Adakalanya barang cocok di hati namun tak cocok di kantong pula sebaliknya.

Namanya bekas pasti ada kurangnya, sayangnya tidak banyak penjual mau menunjukkan celah tersebut secara cuma-cuma. Kitalah yang harus pandai-pandai untuk mencarinya sendiri.

Sembari mencari langsung saya juga memantau beberapa marketplace, situs-situs online pula rajin mengetik kata "dijual sepeda lipat" pada kolom pencarian.

Bukan hanya bekas dan murah, sepeda-sepeda "sultan" semacam Brompton serta sepeda custom berbahan karbon, titanium dengan harga mencekik kantong pun hilir mudik membuat ngiler sekaligus minder.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun