Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Administrasi - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Penyesalan Datang dari Hal-hal Kecil yang Disepelekan, #JanganMudikDulu

21 Mei 2020   22:22 Diperbarui: 21 Mei 2020   22:13 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah dihujat di beberapa lebaran, kali ini kita harus sepakat dengan Bang Toyib untuk tidak pulang 

Mari bicara dari hati ke hati di ramadan yang akan berakhir dalam 2 hari ini. Iya saya mengerti, sedih ya rasanya, tapi jika kita berhasil menahan diri untuk tidak mudik, ada rasa bangga tersendiri. Rupanya tak hanya lapar dan dahaga yang bisa kita takhlukkan di bulan ini tapi juga egoisme diri.

Tidak setiap hal dalam diri kita harus kita menangkan, termasuk keinginan untuk berlebaran di kampung halaman. Iya, saya tahu, kita punya sejuta alasan untuk pergi ke kampung halaman, tapi kita juga sudah dinanti sejuta alasan untuk bertahan di perantauan.

Ah, tapi kalau hanya aku yang mudik dunia tak akan kiamat, lagian aku merasa sehat.

Hmm...tau tidak kalau sejumlah penyesalan datang dari hal-hal kecil yang disepelekan. Pernah nonton film india judulnya Ugly? Sebuah film tentang seorang anak yang hilang setelah di tinggal sebentar oleh ayahnya di dalam mobil di parkiran. Filmnya panjang dan mengerikan untuk saya, tapi segala hal berawal hanya dari satu kesalahan. Tak ada 10 menit bocah malang itu di tinggal dan dunia telah merenggutnya. Ia di temukan tewas mengenaskan beberapa hari kemudian dibagasi mobil rongsokkan.

Maaf, saya tak bermaksud membawa cerita naas itu dalam pembicaraan kita, tapi saya hanya ingin menunjukkan bahwa banyak penyesalan datang dari hal sederhana yang disepelekan. Waktu tak akan pernah bisa diulang dan tak enak rasanya jika hidup dengan sisa-sisa penyesalan.

Saya tahu, rasanya tak adil karena kita mendengar ada beberapa orang yang berbuat curang, diam-diam mencuri kesempatan untuk ke kampung halaman. Ada juga yang tetap memaksa pulang dengan berbagai alasan keadaan dan tetap memenuhi berbagai protokol yang resmi dari pemerintah.

Beberapa hari lalu teman saya mengirim pesan, ia bertanya apakah tahun ini saya akan pulang. Saya jawab "tidak". Ia lalu bilang temannya bisa pulang dengan serangkaian protokol dan kenapa saya tetap tak mau pulang. Saya bilang, jika semua orang pulang dengan memenuhi protokol maka kinerja satgas dan pemda di kampung saya akan semakin berat.

Bapak pernah bilang, jangan buat hidup orang lain susah, repot dan rugi karena hidupmu. Tentu saja pesan semacam itu tidak mudah dilakukan. Apalagi kita adalah makhluk sosial yang selalu butuh bantuan orang lain. Tapi saya rasa maksud Bapak bukan itu, bukan untuk membuat saya jauh dari lingkungan tapi untuk memaksimalkan kemampuan diri agar lebih banyak membantu ketimbang dibantu.

Belum banyak hal positif yang saya lakukan untuk dunia ini. Selama ini saya hanya berfokus untuk hidup dan memikirkan diri sendiri. Jadi jika saya mudik pada lebaran kali ini, semakin bertambahlah daftar keegoisan yang saya kumpulkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun