Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Administrasi - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film Green Book, Solidaritas dalam Potret Satir Era Rasialisme Amerika

9 Mei 2020   23:17 Diperbarui: 9 Mei 2020   23:07 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: universalpictures.com

Dalam Perjalanan tersebut Dr. Shirley mengalami banyak peristiwa yang kurang menyenangkan, mulai dari tiba di kota kecil dan harus menginap di penginapan orang kulit hitam yang kurang layak, sementara Tony menginap di penginapan orang kulit putih dengan kondisi sebaliknya.

Lalu ketika mereka pergi ke toko baju, si pelayan toko mengira Tony-lah tuannya dan menolak melayani Dr. Shirley bahkan mengusirnya. Tidak hanya itu, Dr. Shirley juga mengalami kekerasan fisik dari orang kulit putih karena masuk ke bar mereka sebelum kemudian diselamatkan oleh Tony.

Potongan dialog di awal tadi adalah puncak emosional Dr. Shirley ketika merasa tidak diterima di semua kalangan. Di antara orang-orang kulit hitam ia dianggap berbeda sementara di antara orang-orang kulit putih ia juga tidak diterima.

Solidaritas dalam film Green Book mulai muncul sedari pertengahan film. Saat di mana Tony mulai menyadari alasan mengapa Dr. Shirley melakukan tur tersebut . Tony pun mulai menjadi kawan perjalanan sekaligus pengawal yang siap melindungi Dr. Shirley di setiap kondisi.

Puncak konflik terjadi ketika Dr. Shirley mendapat penolakan untuk makan di restoran di tempat terakhir dia harus melakukan show-nya. Pihak restoran tetap bersikukuh dengan tradisi yang sudah berjalan yaitu menolak orang kulit hitam makan direstoran mereka,  sekalipun itu adalah orang yang akan tampil di sana.  Hal itu memicu kemarahan Tony, terlebih ketika pihak restoran mencoba membayar Tony untuk membawa Dr. Shirley ke restoran lain.

Akhirnya Dr. Shirley memilih untuk kehilangan show terakhirnya dan melewatkan malam dengan memainkan piano di bar orang kulit hitam bersama Tony.

 "Being genius is not enough, it takes courage to change people's hearts."

Menjadi seorang yang jenius saja rupanya tidak cukup, butuh keberanian untuk mengubah hati orang. Kira-kira seperti itulah gambaran yang ingin disampaikan oleh film ini.

Solidaritas yang digambarkan dalam film Green book terbilang cukup berat. Tak hanya seputar rasa kebersamaan tapi juga penakhlukan egoisme seseorang. Tony harus membela dan melindungi orang kulit hitam yang pada masa itu kastanya dianggap tidak lebih tinggi dari pada orang kulit putih. Ia pun harus menyingkirkan ego serta kebencian personalnya terhadap warga kulit hitam dan mulai membuka hati untuk mencintai mereka.

Tony Vallelonga banyak belajar dari Dr. Shirley, tentang kejujuran, sopan santun, kesabaran dan bahkan tentang bagaimana menulis surat susunan kalimat yang indah untuk istrinya.

Dari perjalanan tersebut lahirlah persahabatan abadi antara Dr. Shirley dan Tony Vallelonga. Persahabatan yang kekal hingga akhir masa usia mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun