Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Administrasi - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hampir Sebulan di Rumah, Bagaimana Cara Saya Membunuh Waktu?

10 April 2020   13:22 Diperbarui: 10 April 2020   14:04 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dok. pribadi /Ire Rosana Ullail

Sejak Jokowi menghimbau masyarakat untuk social distancing pada 15 maret lalu, sejak itu pula saya melakukan isolasi mandiri. Terhitung sudah 26 hari saya menghindari kerumunan serta bepergian dan benar-benar menerapkan social dan physical distancing. 

Tidak 100% sih, beberapa kali saya harus bolak balik dokter karena merasakan gejala demam, pilek dan sakit tenggorokan. Dokter menghimbau saya untuk melakukan karantina mandiri dahulu selama satu minggu sembari terus dipantau perkembangannya. Saya kurang tahu apakah saya disebut ODP atau bukan, tapi saya menurut saja.

Ehm, itulah mengapa saya absen menulis selama beberapa minggu belakangan. Saya sibuk menahan sakit dan memulihkan kondisi diri. Alhamdulillah setelah 2 minggu kondisi saya semakin membaik dan kembali sehat. 

Bersyukur tapi tetap was-was. Seluruh anjuran saya terapkan betul. Berjemur pukul 10 pagi, rajin mencuci tangan, menghindari kontak fisik, makan-makan bergizi, minum vitamin. Tak hanya untuk pribadi, saya juga menerapkan aturan ketat kepada suami yang harus riwa-riwi pergi keluar untuk berbelanja keperluan rumah.

Mengingat kondisi fisik saya, untuk sementara waktu, segala keperluan di luar rumah dikerjakan oleh suami. Aturan masuk dan keluar rumah juga saya terapkan : membuang struk belanjaan, merendam seluruh baju yang dipakai dan langsung menuju kamar mandi  tanpa menyentuh apapun.

Kalau dibilang kenapa saya harus segitunya, ya karena kondisi saya juga sempat segitunya. Gimana sih rasanya ngedrop dan demam pas kasus Corona mulai naik? Apalagi dokter juga bilang kondisi saya ada di 2 kemungkinan (bisa saja positif, bisa saja negatif). 

Ketakutan pasti ada, takut bagaimana jika benar saya positif, bagaimana jika harus dikarantina dan jauh dari suami, atau bagaimana jika dalam kondisi karantina mandiri saya justru menularkan ke anggota keluarga yang lain? Pokoknya ada-ada saja pikiran-pikiran negatif. Saya sadar, rasa takut tidak akan membantu, tapi sungguh kecemasan dalam kondisi itu tak bisa saya kendalikan.

Begitu kondisi saya membaik dan berangsur sehat tentu rasanya bahagia bukan kepalang. Akhirnya saya tak lagi dirudung takut meski masih harus tetap berhati-hati.

Akhirnya juga saya bisa kembali menulis tanpa kecemasan. Tentu saja saya menyimpan banyak pendingan aktivitas selama sakit 2 minggu dan tak sabar untuk melerainya satu per satu.

Diawali dengan bersih-bersih rumah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun