Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Administrasi - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menangkap Momen Valentine dalam Hubungan yang Semakin Hambar

14 Februari 2020   16:46 Diperbarui: 14 Februari 2020   16:45 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : unsplash.com/@heftiba

Menikah merubah seseorang menjadi lebih realistis. Jika dulu kita menginginkan laki-laki yang tampan, gaul, modis dan asyik, maka kategori tersebut lebur pasca menikah. Setelah menjalani bahtera rumah tangga, wanita akan semakin sadar bahwa ia hanya butuh laki-laki yang bertanggung jawab, pekerja keras, dan mengayomi.

Semenjak menikah saya juga berubah. Yang dulunya sering pergi makan berdua di restoran, kini lebih suka memasak di rumah. Menikah membuat naluri seorang wanita menjadi realistis. Makan di restoran hanya akan membuang-buang uang sementara kebutuhan hidup lain menanti untuk digenapi. Apalagi bagi mereka yang memiliki anak, setiap kali ingin makan keluar pastilah terpikir akan kebutuhan susu dan popok.

Cerita yang dulunya penuh drama kini berubah realita. Setiap hari suami berpikir tentang pekerjaan kantor dan bagaimana mendapatkan tambahan uang untuk biaya kebutuhan sementara istri berpikir akan masak apa hari ini? apakah kulkas masih ada isinya? Apakah listrik dan air sudah dibayar? Setelahnya istri akan mengerjakan aneka pekerjaan rumah tangga, mengepel, memasak, mencuci, menggosok.  Waktu berlalu dua kali lebih cepat, tiba-tiba saja sudah malam dan tubuh sudah harus diistirahatkan.

Seiring berlalunya waktu, kadar keromantisan pasangan juga berkurang. Apalagi bagi mereka yang memiliki anak yang mulai beranjak dewasa. Mencium kening istri ketika akan berangkat kerja akan terasa janggal dan sedikit memalukan. Kebiasaan berkata sayang pun lama-lama menghilang. Oleh waktu,  hubungan bisa berubah hambar.

Berdasar cerita dari teman-teman, setelah menikah mereka juga kehilangan banyak perayaan. Jika dulu mereka kerap merayakan hari jadian, hari valentine, hari ulang tahun maka setelah menikah semua hari berubah sama. Tidak ada lagi hari -- hari special, yang special hanyalah hari gajian.

Bahkan salah seorang teman yang baru menikah pernah memberi kejutan untuk suaminya di hari valentine dan malah mendapat balasan yang menyedihkan, "kita sudah menikah, tak perlu lagi gini-ginian..." padahal ia hanya ingin menjalankan ritual yang sebelumnya mereka biasa lakukan.

Di antara banyaknya kontroversi soal valentine apakah perlu untuk di rayakan, saya adalah seorang yang tidak anti akan perayaan valentine dan cenderung biasa saja. Seperti kata Habib Husein Hadar ketika ditanya oleh salah orang followernya mengenai hukum memberi cokelat di hari valentine, dan di jawab oleh si habib "sedekah".  

Bagi saya pribadi, perayaan momen-momen kecil itu justru berguna untuk menghangatkan hubungan yang tengah basi oleh keadaan. Memberi cokelat waktu valentine, memberi kado kesukaan pasangan ketika berulang tahun atau sekadar kado kecil setelah suami naik jabatan. Bukan perayaannya, namun saya percaya bahwa perhatian kecil seperti itulah yang mencegah hubungan menjadi hambar.

Pasti banyak yang menyanggah, ya kalau memberi cokelat kenapa harus ketika valentine? Kan bisa diberi kapan saja! Banyak teman yang bilang begitu. Sebenarnya bukan soal valentine dan cokelatnya, tapi menangkap momennya. Jika dilakukan pada momen tertentu, maka pemberian akan lebih mengena.

Saya pernah memberi kejutan dengan menghias kamar dengan dan menempel foto-foto kenangan kami di dinding dan dikelilingi oleh lampu kerlap kerlip warna putih. Pintu di tutup, lampu utama dimatikan. Ketika suami pulang kerja masuk masuk kamar, dia pun terkejut. Ekspresi campur aduk antara terkejut, bingung dan bahagia itulah yang selalu ingin saya abadikan. Sedikit childish memang, tapi nyatanya itu bekerja sampai sekarang.

Saya belum mengetahui bagaimana nasib pernikahan kami kelak menjelang usia perak maupun emas, tapi saya tidak bisa membiarkan hubungan kami berlalu begitu saja dengan rasa hambar. Menyiapkan kado kecil valentine hanyalah salah satu upaya yang saya lakukan untuk menjembatani romatisme masa lalu dengan masa depan kami.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun