Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Administrasi - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Honor Menulis, Seribu Rasa Sejuta

6 Februari 2020   17:29 Diperbarui: 8 Februari 2020   14:06 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : intisari.grid.id

Setelah kurang lebih 8 tahun bergabung dengan kompasiana, akhirnya saya memperoleh k-Rewards untuk pertama kalinya. 

Sebenarnya, ini bukan kali pertama saya mendapat honor menulis. Dulu saya sempat menjadi reporter freelance di salah satu media lifestyle di Semarang. Setiap minggu ada 3 rubrik yang harus saya isi.

Namun, honor dalam sebulan hanya cukup untuk mensubsidi biaya kos atau membeli beberapa buah buku. Tapi tak mengapa, karena itu hanya kerja sampingan. Saya memiliki pekerjaan tetap lain untuk menopang seluruh kebutuhan hidup saya.

Pertama kali saya mendapat honor menulis bukan dari itu tapi dari cerpen yang dimuat di majalah perpusatakaan daerah. Honornya 100 ribu, lumayanlah untuk jajan mahasiswi. Kala itu saya menyadari, saya menulis karena suka, tak jadi soal berapapun bayarannya.

Usia hubungan saya dengan kompasiana cukup lama, 8 tahun. Ibarat seorang anak pasti sudah duduk di bangku SD kelas 2. Jika saja saya aktif menulis selama itu mungkin kemampuan menulis saya akan lebih baik. 

Namun apa dikata, semenjak menikah, ada-ada saja hal yang menghalangi. Tak heran jika blog-blog banyak bersarang dan tangan mulai kaku menghadapi huruf-huruf.

Awal mula bergabung dengan kompasiana saya tidak berpikir soal honor. Kala itu, memiliki ruang untuk menulis saja saya sudah senang. Kalau tidak salah ingat, sistem K-reward juga belum ada.  

Semakin lama, banyak sekali cara-cara untuk menghasilkan pundi rupiah dari platform ini. Ada lomba artikel, K-rewards, dan event-event lain dengan nominal yang luar biasa. Saya merasa ketinggalan banyak!

Lama tak bersua, saya pun mencoba menulis kembali. Kaku rasanya karena sudah jarang menulis. Begitu hasil k-rewards keluar, rupanya saya juga kecipratan. 

Mendapat honor dari hobi itu rasanya luar biasa. Dulu pertama kali saya mendapat 100 ribu dari menulis, rasanya seperti orang jatuh cinta. Ingin hati meloncat-loncat, karena saking bahagianya.

Menulis freelance juga tak kalah membahagiakan. Memang nominalnya kecil, tapi perasaan ketika menerimanya melebihi perasaan ketika menerima gaji tetap bulanan. 

Gaji dari perusahaan adalah hasil jerih payah keringat selama satu bulan. Rasanya biasa saja, seperti menerima sebuah hak yang memang sudah sepatutnya kita terima.

Tapi gaji dari menulis itu beda. Ibarat kita sudah merasa senang karena pacar segera datang dan begitu datang, si pacar malah membawa rangkaian bunga. Begitulah gambaran hobi yang dibayar. Kalau istilahnya anak mobile legend, double kill!

Karena itu pula, setiap seribu rupiah yang saya terima dari hasil menulis rasanya seperti sejuta.

Soal "hidup dari hobi" tentunya setiap orang tergiur untuk mendapatkannya. Begitu pula saya. Beberapa kali memaksakan diri untuk mengejar rating tulisan, yang malah berakhir dengan writer's block. 

Saya kehilangan semuanya. Hobi hilang, perasaan bahagia hilang, uang pun tak didapat. Setiap kali merasa begitu saya jadi ingat, bahwa menulis itu sendiri adalah sebuah kebahagiaan. Saya sudah dibayar sejak dari kalimat pertama.

Menulis juga adalah kelegaan, seperti proses manusia mengeluarkan tinja dari dalam tubuhnya. Lega dan plong.  Menulis adalah mengurai keresahan, itulah mengapa kita merasa bahagia dan lega ketika berhasil menuangkan ide ke dalam sebuah tulisan. 

Menulis juga adalah sebuah kontrol diri. Ketika orang-orang sering melabuhkan umpatan dan uneg-uneg ke sosial media dengan kata-kata tak beraturan, kita memilih untuk menyusun kalimat-kalimat yang lebih runut, komprehensif dan juga melakukan proses pengendapan.

Jadi, ketika tanpa sadar saya kembali memaksakan diri dan tergiur untuk mengejar rating, saya tanya kembali kepada diri sendiri, "untuk apa saya menulis?" bukan apa-apa, saya hanya tak mau kehilangan semuanya.

Akhir kata, terima kasih kompasiana yang telah memberi wadah, kompasioner yang memacu semangat diri ini untuk terus menulis dan terima kasih kepada semuanya. Nominal yang saya dapat nantinya akan saya labuhkan ke toko buku untuk menebus beberapa judul yang sudah lama saya incar. 

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun