Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Administrasi - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Cara Kita Menyikapi Pro dan Kontra Warung Buka Saat Ramadan

25 Mei 2018   22:46 Diperbarui: 25 Mei 2018   22:48 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Masih lekat di benak kita kasus ramadan 2 tahun lalu saat seorang ibu-ibu pemilik warung makan menangis karena warungnya dirazia oleh satpol PP provinsi Banten. Tangisan si ibu membuat trenyuh netizen. Framing yang muncul di masyarakat yaitu orang kurang mampu diperlakukan tidak adil oleh orang yang punya kuasa dan bahwa membuka warung saat ramadan itu artinya intoleran dan tidak beradab.

Masyarakat geger. Banyak juga yang mengecam tindakan tersebut tanpa lebih dulu menelusuri duduk perkaranya. Bahkan peristiwa tersebut berhasil menarik para simpatisan untuk menggalang dana bagi si ibu.

Faktanya tidak seburuk yang dibayangkan, satpol PP hanya menjalankan tugas sesuai Perda meski cara mereka dianggap berlebihan oleh masyarakat.

Masalahnya, kasus tersebut adalah isu lokal yang digiring ke arah nasional sehingga setiap daerah memberikan persepsi dengan tolak ukur daerah masing-masing. Sayangnya, isu apakah warung harus buka atau tutup terus bergulir samban tahun. Dalam kondisi seperti ini, sedikit saja ada isu terkait maka masyarakat kita akan kembali tersulut. Saling mengumpat, saling menyalahkan dan mencari pembenaran.

Oleh karena itu diperlukan cara untuk menyikapi pro dan kontra yang di antaranya sebagai berikut:

Kita tidak perlu overreaktif / bereaksi secara berlebihan

Isu sosial seperti contoh di atas memang menimbulkan reaksi spontan atas nama kemanusiaan. Banyak dari kita kurang bisa mengendalikan diri dan ikut memperkeruh keadaan dengan menyalahkan salah satu pihak yang kita anggap salah. Padahal kita belum memberi ruang diri untuk mencari tahu kebenarannya. Di sini kita perlu menerapkan prinsip cek dan ricek agar kabar yang beredar jelas dan saran kita tepat sasaran.

Mengendalikan diri adalah juga inti utama dari puasa. Dengan tidak ikut terpancing pada isu-isu tersebut maka itu artinya ibadah puasa kita masih berjalan dengan baik.

Pemerintah jangan terlalu kaku , tidak perlu ada Perda

Pemerintah perlu kaku dan tegas dalam beberapa aspek krusial seperti pemberantasan korupsi, terorisme dan narkoba, namun terkait ibadah di bulan puasa tidak perlulah terlalu kaku dengan mengeluarkan Perda agar warung makan tidak buka di bulan puasa.

Keimanan adalah hal sensitif yang mengarah kepada diri sendiri. Hal semacam itu akan memicu kontroversi bila pemerintah terlalu mencampurinya. Ada banyak hal krusial lain yang mengantri untuk diberi perhatian ketimbang menetapkan aturan apakah warung makan akan buka atau tutup di bulan ramadan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun