Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Administrasi - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memilih Buku itu Seperti Berbelanja "Online"

19 Januari 2018   16:08 Diperbarui: 19 Januari 2018   16:41 993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut saya, membeli buku itu sama halnya dengan belanja online, sama-sama abstrak produknya. Kalau buku belum tahu isinya, produk online belum tau wujudnya. Agar tidak kecewa, pembeli harus jeli dan pandai menakar reputasi serta kualitas produk yang akan dibeli. Yang terpenting dari belanja online adalah objektif yaitu, tidak memasukkan opini atau ego pribadi saat menganalisis.

Misal, sebuah gaun yang terlihat bagus di badan model belum tentu cocok di badan kita yang memang......ehem...kurang proporsional. Kita harus berbesar hati untuk menerima itu. Wanita lebih sering menolak kenyataan dan karena kadung gandrung (terlanjur suka), mereka yakin bajunya simsalabim akan pas ditubuhnya.

Jika detail atau deskripsi, ulasan produk dan rating toko sangat memudahkan proses belanja online, lalu bagaimana dengan buku? Saya dan beberapa teman yang gemar mengoleksi buku sangat berhati-hati ketika membeli sebuah buku. 

Kami penganut aliran Frank Zappa, "So many books, so little time", Judul buku bagus di dunia ini sangat banyak dan waktu kita tidak akan cukup untuk merampungkan semuanya. Dari sinilah, memilih-milih buku diperlukan. Proses ini membutuhkan sedikit waktu, quota dan pikiran.

Tidak bersedia merampungkan buku bacaan karena tidak suka dengan ceritannya itu perkara rumit. Artinya kita membuang uang yang mungkin bisa digunakan untuk kebutuhan lain. Belum lagi perasaan bersalah yang hadir setelah gagal merampungkannya. Karenanya kami mempunyai patern-patern yang dianut sebelum membeli sebuah buku.

Hal pertama yang sering kami jadikan patokan adalah penulis. Penulis sekelas Dewi Lestari, Eka Kurniawan, Ayu utami, Leila S.chudori, Ahmad Fuadi dkk adalah barisan penulis wajib dibaca karyanya. Kalau di kompasiana mereka layaknya akun bercentang biru, sudah terverifikasi kualitas tulisannya dan bisa dipertanggungjawabkan isinya.

Hal kedua yang sering kami jadikan pertimbangkan adalah ulasan. Beberapa penulis seperti Bernard Batubara, Aan Mansyur, Eka Kurniawan, dkk sering memberikan ulasan mengenai karya seorang penulis. 

Bila kita rajin mengikuti blog, sosial media atau beberapa diskusi mereka, nama-nama penulis yang mungkin masih asing di telinga akan muncul. Saya mulai menggemari karya Haruki Murakami dari ulasan-ulasan yang dibuat Bernard Batubara. Ulasan dari blog umum juga bisa jadi bahan pertimbangan namun, ulasan dari penulis ternama -apalagi kita menggemarinya- tentu berdaya pengaruh lebih kuat.

Yang ketiga, memilih berdasarkan penghargaan. Model ini kerap saya pakai. Misal, saya sering membeli novel-novel pemenang sayembara DKJ (Dewan Kesenian Jakarta), Man Booker International Prize dan Kusala Sastra Khatulistiwa (KSK) dsb. Buku-buku pemenang sayembara pastinya sudah mengalami penyaringan yang ketat, hal ini tentu meringankan kita dalam memilih.

Yang ke empat, rekomendasi teman terdekat. Poin ini bisa untuk menggenapi poin yang lain, tidak semua rekomendasi teman saya ambil, biasanya saya hanya mendengar rekomendasi dari teman yang saya lihat bagus trek bacanya, atau cocok dengan tipikal bacaan saya.

Yang terakhir, kombinasi antara siapa yang menerbitkan dan siapa saja yang mengulas di belakang buku. Sebetulnya poin penerbit saat ini sudah mulai tidak saya pakai karena banyaknya penerbit indie yang bukunya tak kalah bagus. Tapi soal siapa yang mengulas di belakang buku masih bisa untuk menggenapi poin yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun