Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Administrasi - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Surga Kecil di Malang: Taman Bacaan Masyarakat Trunojoyo

3 Agustus 2017   15:27 Diperbarui: 4 Agustus 2017   22:31 2428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang penulis dari Argentina, Jorge Luis Borges pernah berkata, "I have always imagined that Paradise will be a kind of library."

Di Malang, salah satu surga itu ada di depan stasiun kota. TBM (Taman Bacaan Masyarakat) Trunojoyo, satu-satunya bangunan yang berdiri kokoh di tengah-tengah taman Trunojoyo. 

Yang menarik perhatian dari TBM ini tentu lokasinya yang dekat sekali dengan stasiun kota. Langsung terbayang bagaimana asyiknya membaca buku kala kereta terlambat. Atau bagi mereka yang punya jeda transit cukup lama, bisa menyamankan diri dulu dengan buku-buku. Saya tanpa sengaja menemukannya beberapa hari lalu ketika berkunjung ke Malang.

sumber: dok.pribadi
sumber: dok.pribadi
TBM ini difasilitasi juga dengan wifi gratis, tempat membaca indoor dan outdoor, dan kamar kecil. Di sekeliling taman terdapat beberapa pkl sehingga kita tidak perlu resah kalau lapar setelah membaca. Keberadaan TBM memang dimaksudkan untuk membangun perpustakaan yang lebih humanis dan ramah lingkungan, selain tentunya mendekatkan buku kepada pembacanya.

Sumber: dok.pribadi
Sumber: dok.pribadi
Upaya merangkul masyarakat agar senang membaca memang perlu ditingkatkan. Di lingkup sekolah misal, kegiatan membaca lebih kepada kewajiban dari guru ke siswa. Sangat sedikit sekali siswa yang benar-benar mau membaca buku pelajaran dengan kesadaran bahwa itu penting. 

Pola seperti itulah yang harus diubah. Membaca buku bukan hanya ada di sekolah, bukan sesuatu yang membebani dan hanya dilakukan para kutu buku. Jika pelajar saja mengenal konteks membaca sesempit itu, bagaimana dengan mereka yang bahkan tidak mengenyam bangku pendidikan?

Itulah mengapa surga-surga kecil seperti TBM perlu ditumbuhkan. Buku sudah tidak seharusnya mendekam di toko buku dan perpustakaan umum. Mereka harus bergerilya ke jalan-jalan, ke lorong-lorong agar lebih dekat dengan masyarakat. 

Buku bukan barang eksklusif yang hanya dibaca oleh mereka yang mengenyam pendidikan, tapi juga oleh seorang tukang siomay dan anaknya, tukang pangkas rambut, ibu rumah tangga, bahkan para gelandangan.

Seperti udara yang mempunyai hak atas hidup manusia, buku pun punya hak penuh untuk dibaca.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun