Mohon tunggu...
Fadil Kirom
Fadil Kirom Mohon Tunggu... lainnya -

masih belajar bertani.\r\nmengelola website; http://padiberas.com/

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Semangat Perubahan dari Penawangan Semarang

5 Mei 2015   12:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:21 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_415130" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/Kompasiana (KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO)"][/caption]

Seminggu lalu, tepatnya 24-27 April 2015, Penulis berkesempatan menjadi Fasilitator Pelaksanaan Participatory Rural Apraisal (PRA), di Desa Penawangan, Pringapus, Semarang. Pada intinya PRA adalah sekelompok pendekatan atau metode yang memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi, meningkatkan, dan menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa, serta membuat rencana dan tindakan nyata (Chambers, 1996).

Ide dasar pelaksanaan PRA ini adalah adanya kerja sama dari Perum Perhutani bersama Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Universitas Gadjah Mada dalam menginisiasi program "Integrated Farming System" (IFS). Program ini merupakan sinergi penerapan sistem pertanian terpadu di dalam kawasan hutan dan sekitar hutan. Program ini berupaya mendorong pemanfaatan lahan Perhutani agar menjadi lahan pertanian bagi para petani guna mewujudkan kedaulatan pangan di Jateng.

Presiden Joko Widodo juga telah meninjau dan memanen jagung di sela-sela tanaman hutan jati KPH Randublatung, awal Maret 2015. Presiden mengapresiasi model IFS telah terbukti hasilnya dan cukup menjanjikan. Oleh karenanya, program pertanaman padi dan jagung dengan tanaman jati ini akan diperluas dan nantinya dikombinasikan dengan ternak sehingga mendukung swasembada pangan dan daging. (FK UGM, 2015)

Sejalan dengan inisiatif tersebut, KPH Semarang bersama Yayasan Jawa Tengah Berdikari dan Perusda Citra Mandiri Jawa Tengah telah mendiskusikan kemungkinan pengembangan IFS. Diskusi menyepakati untuk melakukan rintisan pemberdayaan LMDH dalam mengembangkan IFS di Desa Penawangan yang merupakan salah satu wilayah KPH Semarang. Diskusi memandang bahwa pengembangan IFS perlu dilakukan dari hulu hingga hilir secara terintegrasi serta memberdayakan kelembagaan LMDH. Pendekatan IFS secara terintegasi ini akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan integrated value chain, atau pendekatan rantai nilai terintegrasi.

Ada yang menarik saat kegiatan PRA dilaksanakan di Desa Penawangan, para petani begitu aktif dalam mempraktekkan teknik PRA seperti penelusuran sejarah desa, diagram venn kelembagaan, kalender musim, analisis mata pencaharian, matrik ranking, transek, peta kebun hingga peta desa. Ini merupakan pengalaman pertama bagi warga desa Penawangan dalam mempraktekkan PRA.

Ini salah satu contoh gambar hasil praktek memahami aktivitas keluarga sehari-hari dan Pelaksanaan Transek (penjelajahan desa).

[caption id="attachment_364508" align="aligncenter" width="300" caption="Penulis dan Tim PRA melakukan perjalanan 4 km dimulai dari Balai Desa sampai lahan perhutani."]

1430802814763367961
1430802814763367961
[/caption]

1430802720843905585
1430802720843905585

Selama Penelusuran Tim PRA menemukan berbagai masalah mulai dari lokasi pemukiman yang sempit, drainase yang tidak terurus, pola tanam di kebun yang tidak tertata hingga jalan menuju lahan yang kondisinya buruk. Para petani harus mengeluarkan Rp 20.000 untuk membawa 50 kg jagung dari lahan ke desa.

1430803051261123930
1430803051261123930

Hari terakhir saat Lokakarya Hasil PRA hadir perwakilan dari KPH Semarang, Perusda Citra Mandiri Jateng, Yayasan Jateng Berdikari, Dinas Pertanian Kab Semarang, Dinas Peternakan Kab Semarang, Sekda Kab. Semarang, Perangkat Desa dan wakil masyarakat. Ada 40 masalah utama di Desa Penawangan yang disampaikan di lokakarya ini, masing-masing pihak berkomitmen untuk melakukan perubahan secara bersama-sama sesuai dengan kemampuan dan kewenangan masing-masing pihak.

Praktek PRA di desa penawangan ini akan dijadikan dasar oleh masing-masing pihak untuk mendorong terwujudnya Integrated Farming System di mana masyarakat pinggir hutan mampu hidup lebih sejahtera dan hutan pun tetap lestari.

14308036981599598436
14308036981599598436

Dan hal yang tak bisa penulis lupakan, di desa ini penulis sempat belajar memakai ojek motor  unik yang biasa membawa hasil pertanian dari lahan. Walaupun butuh 2 jam lebih menuju desa ini dari Kota Semarang, namun rasanya jarak bukanlah sebuah masalah. Desa ini sebenarnya punya banyak potensi mulai dari dijadikan  pusat produksi jagung, sentra peternakan, hingga pengembangan kerajinan berbahan dasar kayu. Ibu-ibunya yang penuh semangat juga sangat berpotensi mengembangkan usaha berbasis olahan produk pertanian seperti keripik singkong, pisang dll.

Semoga semangat perubahan terus berkobar di Desa ini. Terima kasih Pak Kepala Desa atas semua kebaikannya selama saya menginap di desa ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun