STY dengan skema "Bunglon" karena perubahan formasi yang terbilang radikal (pada setiap pertandingan STY berani memakai formasi yang berbeda pada pertandingan sebelumnya), Tentu membutuhkan stok pemain yang berkualitas dan daya juang tinggi. Adanya naturalisasi era STY disebut bahwa tidak hanya menyasar pemain asing "berkualitas" namun juga harus memiliki parameter utama yaitu punya darah "asli" Indonesia dari garis keturunannya.
Tapi, angin tidak mengenakan berembus, Haruna mempertanyakan kualitas pemain asing yang ingin dijadikan warga Indonesia, serta "kegagalan" timnas meraih juara piala AFF 2020. Memang tidak salah Haruna menyampaikan kritikannya. Perlunya keterlibatan PSSI sepanjang mengingatkan pelatih agar fokus terhadap peta jalan (Road Map) dan sistem jangka panjang yang ingin dibangun di Timnas, harus dijadikan kompas untuk membimbing perjalanan STY membangun Timnas Indonesia.
Sebaliknya STY sebagai pelatih punya landasan utama untuk menjalankan kebijakan mendatangkan pemain dari liga top Eropa untuk menyuntikkan semangat kepada seluruh pemain sekaligus menambah kekuatan yang dimiliki.
Apapun itu, kita sebagai penikmat bola menanti dengan optimisme bahwa STY atau siapapun pelatih Timnas nantinya, bisa fokus meramu pilihan strategi sembari menjalankan sistem yang terintegrasi antar kompetisi di tingkat usia muda hingga profesional, sehingga melahirkan ekosistem persepakbolaan nasional yang berkualitas dan layak ditonton. Kita bisa !!