Mohon tunggu...
Isa Azahari
Isa Azahari Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultant SDM

Pemerhati Pembangunan Ibukota Negara Baru. Ngakunya milenial dan Ingin berkontribusi lebih.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Setelah Corona, ke Mana Dunia Akan Berkiblat?

8 April 2020   12:44 Diperbarui: 8 April 2020   12:59 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Bantuan China untuk Italia.(MOURA BALTI TOUATI/EPA-EFE)


Saat ini seluruh negara di dunia sedang menghadapi sebuah "serangan maha dahsyat" oleh mahluk kecil berukuran nanometer bernama COVID-19. Covid-19 dianggap sebuah pandemi yang sangat menakutkan, karena ternyata Covid-19 ini tidak memandang kemajuan peradaban suatu bangsa, ia juga mengabaikan kecanggihan ilmu kedokteran dan farmasi sebuah negara. Negara yang dikenal sangat tertib tatanan sosialnya juga tidak menangkis serangan virus ini. 

Berdasarkan situs www.worldometer per 8 April 2020 pukul 04:00, Covid-19 sudah menjangkiti 209 negara dan teritori, menulari lebih dari 1,4 juta warga dunia dan mengakibatkan 81.659 kematian. Data dari berbagi negara hingga kini terus menunjukkan angka yang semakin naik. Tidak hanya itu, dinamika data juga terjadi. China yang tadinya merupakan negara terbanyak, baik dari segi jumlah kasus dan jumlah kematian, kini terkejar oleh negara-negara lain hanya dalam hitungan hari. Kini China menempati urutan ke-6 dari segi jumlah kasus dan jumlah kematian. Diatas China ada Jerman, Perancis, Italia, Spanyol dan Amerika Serikat. 

Ketika pandemi masih berkecamuk di China, negara-negra lain masih menganggap enteng dan merasa bahwa negara mereka kuat dan akan tetap aman. Tak terkecuali negara-negara Eropa Barat dan Amerika. Presiden AS Donald Trump bahkan dengan nada sinis menyebut Virus Corona sebagai  "Virus China". 

Tidak hanya menganggap remeh terhadap pandemi Covid-19 ini, banyak diplomat dan pengamat berkomentar miring tentang China yang berjuang mati-matian membasmi virus berbahaya ini. Bahkan media di Denmark mengganti gambar bintang kuning di bendera China dengan gambar mirip virus Corona.

Pada saat itu China seolah-olah berperang di dua medan. Di dalam negeri mereka berperang melawan virus mematikan. Di luar negeri diplomat mereka berusaha melawan dan menangkis narasi-narasi negatif tentang China (qz.com). 

Kini, ibarat karma, virus ini menyerang AS dan Eropa Barat dengan kekuatan yang lebih ganas. Dunia Barat terperangah dan merasa dipermalukan. Sikap takabur mereka dibayar dengan harga yang teramat mahal. Sebanyak 74% kasus Covid-19 justru ditemukan di AS dan Eropa Barat. Tidak hanya itu, persentase jumlah kematian di kawasan itu jauh lebih tinggi lagi yaitu sebesar 84% dari total jumlah kematian global.

clip-2-5e8d643ed541df7f357688b2.jpg
clip-2-5e8d643ed541df7f357688b2.jpg

Diolah dari: www.worldometer.info

Dari jumlah yang terjangkit Covid-19 secara global, Amerika Serikat merupakan negara yang paling parah. Padahal baru tiga minggu lalu di negara ini hanya terdapat 9.197 kasus. Di saat yang sama China sudah 80.928 kasus. Angka kasus di Amerika terus meningkat tajam dalam waktu yang sangat singkat. Kini kasus positif Covid-19 di AS sudah sebanyak 393.782 kasus, dengan prosentase sebesar 27,7% dari angka global, di saat yang sama kasus di China stagnan di angka 81-ribuan. 

Gambar: Perbandingan perkembangan kasus Covid-19 di AS dan China dalam 4 minggu terakhir. 

clip-3-5e8d6618097f36313b68d2f3.jpg
clip-3-5e8d6618097f36313b68d2f3.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun