Mohon tunggu...
Isa Azahari
Isa Azahari Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultant SDM

Pemerhati Pembangunan Ibukota Negara Baru. Ngakunya milenial dan Ingin berkontribusi lebih.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

COVID-19, Bermula di China Mengamuk di Eropa.

30 Maret 2020   14:42 Diperbarui: 30 Maret 2020   14:43 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
worldmeter.info/coronavirus

Wabah COVID-19 (Corona Virus Desease-2019) pertama kali terdeteksi tanggal 31 Desember 2019 di kota Wuhan Provinsi Hubei, China. Virus ini diduga berasal dari hewan liar yaitu Kelelawar yang banyak dijual dipasar hewan liar di kota itu. 

Kasus kematian pertama di China tanggal 23 Januari dengan 8 orang korban. Dan mencapai puncaknya tanggal 23 Februari 2020 dengan 150 kematian pada hari itu. Namun sejak saat itu angka kematian terus menurun seiring dengan pemberlakuan Lockdown total di kota Wuhan.

Kebijakan Lockdown di China dianggap berhasil dengan baik. Dunia mengapresiasi langkah pemerintah China itu. Namun penularan virus ini tidak bisa dibendung merebak ke negara-negara lain diluar China seiring tingginya mobilitas manusia antar negara. 

Menurunnya korban meninggal di China diiringi dengan meningkatknya kasus-kasus di negara lain terutama negara-negara Eropa Barat. Italia adalah negara yang paling parah didera virus ini. Diikuti Spanyol, Jerman, Perancis, Inggis dan banyak negara lain. Bahkan negara kecil seperti Swiss dan Belanda, jumlah yang positif COVID-19 maupun yang korban tewas mencapai belasan ribu dan ratusan yang meninggal.  

Sifat keterbukaan teritori antar sesama negara Uni Eropa diduga menjadi pemicu cepatnya virus ini menyebar. Bagi warga sesama Uni Eropa, saling berkunjung ke negara tetangga ibarat kita berkunjung ke provinsi lain di Indonesia. Tap and Go. 

Kasus pertama di Italia terdeteksi tanggal 15 Februari (46 hari setelah Wuhan) dan meningkat tajam mulai awal Maret hingga sekarang. Hingga tulisan ini dibuat sebanyak 97.689  orang di Italia dinyatakan positif, jumlah ini sudah melampaui kasus positif di China (81.439 kasus). Sedang jumlah kematian di Italia sudah lebih tiga kali lipat dari jumlah korban di China (Italia 10.779 kematian, China 3.300 kematian)

Secara keseluruhan benua Eropa terdampak paling parah diantara benua lain. Lihat infografis.

Di seluruh Eropa sudah 382.364 orang terjangkit sementara di seluruh dunia ada 707.738 orang. Artinya 54% penderitaa COVID-19 ada di benua Eropa. Sedang untuk kasus kematian akibat COVID-19 benua Eropa lebih parah lagi, 71,44% korban tewas dari seluruh dunia ada di Eropa. (www.worldometer.info)     

Mengapa hal itu bisa terjadi?  

Diatas sudah saya singgung bahwa akses keluar masuk antar negara Uni Eropa sangat intens dan mudah. Sesuai dengan Fakta yang mereka tandatangani, warga Uni Eropa (EU) bebas berpergian kemana-masa saja ke sesama negara EU tanpa Visa. 

Seseorang bisa naik TGV (Kereta Cepat Perancis) dari Paris hingga Roma dan turun dimana saja tanpa pemeriksaan ketat. Orang-orang EU juga diberi previllege mengunjungi negara-negara Eropa Timur hingga Rusia dengan Bebas Visa atau Visa on Arrival. Seperti negara kita dengan sesama negara ASEAN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun