Mohon tunggu...
Isa Azahari
Isa Azahari Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultant SDM

Pemerhati Pembangunan Ibukota Negara Baru. Ngakunya milenial dan Ingin berkontribusi lebih.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pertama Kali Keluar Negeri Tanpa Paspor

26 Maret 2020   19:40 Diperbarui: 30 Maret 2020   20:24 1223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diambil dari peta oleh Goggle Maps

Ditengah perjalanan mobil berhenti disebuah pos pemeriksaan. Saya tidak tahu itu jawatan apa, apakah pos Polis Diraja atau Pos Imigresyen. Tidak ada pemeriksaan dokumen perjalanan, tidak ada interview, tidak ada stempel, yang ada sedikit salam tempel.

Sesampai di kota Bau kami langsung naik kedalam Bas (Bis) menuju kota Kuching. Keberangkatan bas mengikuti jadwal. Penuh tidak penuh bila jadwal tiba bas harus berangkat. Kendaraan basnya mirip School Bus yang berwarna kuning di Amerika. Karena memang penumpang pengguna bas kebanyakan adalah pelajar yang pulang sekolah.

Sesampai di kota Kuching, kesan pertama saya adalah kotanya tertib, bersih tidak terlalu ramai. Sudah ada beberapa gedung bertingkat dan shopping centre. Ada juga beberapa bangunan antik gaya kolonial peninggalan pemerintah Inggris.

Dari Terminal Bas kota Kuching kami naik bas dalam kota menuju arah Utara. Kami turun disebuah halte dekat sebuah dermaga penyeberangan sungai. Hari sudah hampir sore. Di dermaga itu ada sebuah lapangan parkir yang cukup luas, dapat menampung sekitar 30 mobil. Tidak ada penjaganya.

Rupanya kota Kuching terbagi dua kawasan. Di sebelah Selatan merupakan pusat bisnis dan perkantoran dan di sebelah Utara merupakan kawasan pemukiman penduduk. Kedua kawasan ini dipisah oleh sungai yang cukup lebar. Dan di sebelah Barat terdapat jembatan penghubung kedua kawasan.

Namun bagi sebagian pekerja commuter lebih memilih menginapkan mobilnya di dermaga dan menggunakan moda penyeberangan menuju kawasan pemukiman.

Yang membuat saya salut sekali lagi adalah aspek keamanannya. Mereka tanpa merasa was-was meninggalkan mobil mereka di seberang, tanpa penjaga namun juga tanpa dipungut bayaran. Sungguh sebuah kota yang aman, selain predikat sebagai kota yang tertib dan bersih tadi.

Itu tahun 1986, 34 tahun lalu. Apakah sekarang sama, semoga lebih baik ? yang jelas sekarang sudah lebih rame. Dan sekarang bila ingin kesana gak perlu repot-repot, sekarang sudah ada moda transport asi darat langsung dari Pontianak. Dengan harga tiket 230 ribu sekali jalan kita naik bus Damri eksekutif AC ( Seat 2--2). Lama perjalanan 9 jam dengan jarak tempuh 350 km. 

Yuk kesana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun