Mohon tunggu...
Amrullah Usemahu
Amrullah Usemahu Mohon Tunggu... -

KUASAI LAUT - KUASAI DUNIA\r\n" Terus Berkarya Demi Perikanan Jaya"

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Bonus, dan Insentif untuk Produktifitas Kerja

14 November 2018   16:15 Diperbarui: 14 November 2018   16:21 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap orang pasti senang dan menunggu bonus atau hadiah atas apa yg telah dikerjakannya. Entah itu bonus penjualan bulanan atas tercapainya target yg dicanangkan ataupun bonus tahunan, setiap orang dgn sukacita menerimanya; penghargaan tsb dibuat agar semangat bekerja berkobar  dalam mencapai nilai target. Biasanya berupa uang atau hadiah.

Dalam pengalaman saya memimpin team penjualan; belasan miliar bahkan puluhan miliar uang tiap tahun sdh kami keluarkan utk menjaga semangat team dalam bekerja; saya melihat bonus ini begitu efektif mempengaruhi anggota team untuk bekerja, namun ketika bulan ini mereka sdh menerima bonus maka mereka akan menagih dan mempertanyakan berapa bonus bulan berikutnya. Tanpa bonus dan penghargaan berupa uang maka semangat akan berubah dan berkurang sementara sebagai manager penjualan saya harus menjaga bagaimana mencapai top line (penjualan) serta mencapai  bottom line (margin) yg dibebankan perusahaan di pundak, semakin banyak biaya biaya iklan dan bonus maka margin akan terkurangi sebab Margin = Penjualan -- Biaya.

Adakah Bonus, Penghargaan dan Hadiah yang membuat orang bisa tetap berkobar semangat dalam bekerja  walaupun mungkin saja Bonus atau Penghargaan kepada team tidak diterimakan setiap bulannya ?

Kuncinya ada pada sosok leader yg mempunyai visi yg jelas, memberi harapan dan memberi petunjuk cara bagaimana dalam bekerja mencapai target dalam batas waktu yg ditetapkan sebab disana ada sebuah masa depan yg pantas untuk dinikmati oleh semua anggota team. Dan ada lagi kunci yg perlu dimiliki oleh seorang leader yaitu : Moral yang baik sebagai pemimpin. Dia sebagai ayah bagi team.

Banyak teori tentang Leadership, diantaranya  tentang cara mempengaruhi orang lain  untuk bergerak mencapai tujuan, disebutkan pula contoh contoh sosok pemimpin masa lalu dgn segala kebesarannya. Itu semua tak salah, tapi bagi saya pribadi mengatakan Leadership is like a fish in an aquarium, pemimpin itu ibarat Ikan Arwana Merah yg meliuk anggun tiada henti dalam sebuah akuarium kaca yg diterangi oleh lampu UV dan akuarium itu ditaruh dalam ruangan besar yg gelap namun sesak oleh banyak orang. Semua mata memandang gerak gerik serta liukan Ikan Arwana  tersebut, semua memperhatikan dan memandangnya sambil mengagumi atau mencacatnya bila ada kekurangan.

Suatu ketika pernah terjadi dimana selama ini orang tak tahu bahwa saya seorang perokok, team sayapun tak tahu; ketika suatu hari saya mengambil rokok dan menyulutnya dihadapan mereka maka tak lama beberapa hari kemudian saya mulai melihat bbrp team juga berani merokok dihadapan saya dgn frekwensi lebih sering bahkan gilanya beberapa gadis SPG juga ikut ikutan menyalakan rokok dalam acara santai, fenomena baru yg tak pernah saya lihat sebelumnya. Saya putuskan utk berhenti merokok, apa yg terjadi ? .....Mereka terus merokok.

Mereka melihat, meniru dan melakukan teladan yg dilakukan oleh kepala team. Sebuah kesalahan yg tak perlu terjadi.

Kembali kepada topic membangkitkan semangat untuk bekerja; 10 bulan terakhir ini saya memperhatikan gaya seseorang pemimpin (saya diam diam punya kebiasaan menilai kapabilitas orang lain agar saya bisa belajar sesuatu ygtak saya punya). Saya ambil contoh gaya kepemimpinan Letjen Doni Monardo yg saya nilai perlu ditiru oleh mereka yg mempunyai predikat pemimpin formal, komandan,ketua regu atau apa sajalah namanya.

Jenderal Doni mempunyai salah satu gaya kepemimpinan yang khas, menarik, membuat semua team bersemangat berangkat bekerja dan semua itu ......murah.  Non Financial Reward Leadership mungkin begitu saya mengatakannya; setiap orang terkesan dan bangga dengan pendekatan yg dilakukannya terhadap semua manusia tanpa melihat status sosial, ekonomi, kepangkatan dimana semua ditaruh pada tempatnya.  Kepada masyarakat biasa ataupun mereka yg berpangkat rendah Jenderal Doni dengan hangat bisa menanyakan  bagaimana khabar anak istri dirumah, menyebut nama akrab,  menyalami, tersenyum, tertawa terbahak bersama dan menepuk bahu seorang pekerja kebun serta merangkulnya.

Mungkin hal hal diatas adalah hal yg biasa, spontan, tanpa  rekayasa, dan murah tak berbayar bagi Jenderal Doni; namun bagi mereka para pekerja kebun dan petani kecil seperti saya hal hal tersebut menimbulkan dampak psikologi yg dahsyat, mereka bangga, itu masuk dalam sanubari mereka terdalam bahkan momentum tsb akan diingatnya sampai mati karena sdh merasa dihargai melebihi  sejumlah uang, tak gampang bagi seorang tamtama atau bintara bisa bersanding berdiri disamping Jenderal apalagi petani dan masyarakat sipil, mereka akan bercerita kemana mana dan membusungkan dada karena nama mereka pernah disebut seorang  Pemimpin dan anak istrinya dirumah juga ditanyakannya.

Lihatlah gambar dibawah ini; hingga hari ini mereka masih tak percaya, mereka merasa dimanusiakan, dihargai, memiliki harapan baru, mereka tahu dimana mereka akan meletakkan harapan akan masa depan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun