Mohon tunggu...
Humaniora

Contoh Autobiografi 2000+ kata

11 Oktober 2018   09:10 Diperbarui: 11 Oktober 2018   09:23 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Orang tua saya tidak main-main saat memberi saya nama "Muhammad Satria". Ya, Satria, seorang pejuang yang gagah, kuat, dan berani dalam menghadapi berbagai jatuh bangunnya kehidupan yang keras ini. Tidak sedikit orang yang mengeluh dalam menghadapi kesulitan dan rintangan dalam hidup. Namun, menurut "Satria" sejati, kesulitan dan rintangan yang datang tidak lain adalah untuk mencerdaskan akal dan menguatkan mental seorang pemenang.

Saya lahir 17 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 6 juli 2001. Ibu saya pernah berkata bahwa saya adalah anaknya yang paling mudah dilahirkan dibandingkan dengan tiga saudara saya lainnya. Kakak saya dilahirkan empat tahun sebelum saya, adik saya yang pertama dilahirkan delapan tahun setelah saya, dan adik saya yang perempuan dilahirkan satu tahun setelahnya.

Kata orang-orang saya adalah anak yang sangat nakal. Mereka sering memarahi saya karena perbuatan yang telah saya lakukan. Saya akui kelakuan saya sangatlah membuat orang lain kesal, contohnya saya pernah berdiri di atas meja plastik tetangga saya dan menghentak-hentakkan kaki saya, hasilnya meja itu pun patah dan jebol. Setelah itu mereka memarahi sembari menasehati saya, bahkan diantara mereka berkata "semoga anak aku tidak seperti dia. Amit-amit".

Saya adalah cucung yang sangat dekat dengan neneknya. Sejak kecil apabila kedua orangtua saya bekerja, rumah neneklah yang selalu saya tuju. Di rumah bersejarah itulah segala senang sedih bersama nenek saya terekam. Nenek adalah orang yang membela saya ketika orang lain memarahi saya atas kenakalan saya, lucunya neneklah yang memarahi mereka. 

Dibalik kenakalan-kenakalan saya waktu kecil, tidak jarang saya jatuh sakit panas tinggi hingga step (kejang demam). Sekitar umur 6 atau 7 tahun, saya pernah mengalami kejadian yang hampir merenggut nyawa saya. Ketika itu saya pergi berkunjung ke rumah paman yang memiliki halaman yang rindang akan pepohonan, saya bermain dengan sanak saudara saya dibawahnya. Beberapa hari setelah itu di suatu pagi, saya terbangun dan merasakan badan saya lemas dan pusing. Saya berangkat dari kamar saya menuju ruang tengah dan berbaring hingga tertidur sembari menyalakan televisi. Namun, ketika terbangun, saya sudah berada di dalam mobil dan dikelilingi oleh mama, papa, dan keluarga lainnya. Mama berkata bahwa kami sedang menuju ke rumah sakit.

  Sesampainya di rumah sakit, dengan tidak sepenuhnya sadar, terlihat disekeliling saya ada dokter dan beberapa perawat sedang memasang alat infus di tangan kiri saya. Saya menangis dan memberontak. Satria yang nakal, banyak gerak, dan hyperactive kini tergulai lemas di atas kasur rumah sakit. Yang bisa saya lakukan hanyalah makan dan tidur. Dokter mendiagnosis saya terkena penyakit demam berdarah yang cukup parah. Hingga suatu saat saya tertidur lama, mama saya heran mengapa saya hanya tidur dari pagi, lalu bibi yang sedang menjenguk saya pada saat itu curiga dan menekan perut saya. ternyata saya sedang mengalami koma, lalu mama memanggil perawat dan mereka membawa saya ke ruang ICU.   "Ibu, kalo aja Ibu telat memanggil perawat 10 menit saja, mungkin Ibu sudah kehilangan satria" kata dokter yang menangani saya. Ketika siuman yang saya ingat hanyalah alat pendetektor jantung disamping saya dan ruangan yang asing. "Kakek... Satria kangen kakek.. huhu.." entah apa yang ada dipikiran saya ketika memanggil-manggil kakek saya yang sudah meninggal sebelum saya lahir. Seketika itu pula Mama, beserta keluarga menangis mendengar kata-kata saya.

Saat itu keluarga saya sangat sedih. Mama saya rela melakukan apapun untuk menyembuhkan anaknya yang kritis ini, hingga ia rela kesana kemari  untuk mencari alternative yang dapat menyembuhkan penyakit demam berdarah. Beruntungnya kami memiliki asuransi yang dapat membantu kami dalam usaha penyembuhan penyakit yang sedang saya alami saat itu. Akhirnya setelah menjalani perawatan yang intensif, saya berhasil melawan virus demam berdarah. Seiring berjalannya waktu kondisi saya berangsur-angsur membaik, akhirnya saya pun sembuh.

Di sekolah dasar, saya bukanlah anak yang pintar dalam akademik. Namun, saya memiliki keahlian dalam non-akademik, seperti bela diri Taekwondo. Saya mulai latihan Taekwondo dari kelas I SD, saya juga sering mengikuti berbagai perlombaan, alhasil saya berhasil mendapatkan beberapa medali tingkat provinsi dan kota. Karena prestasi yang saya miliki itulah yang dapat memudahkan saya untuk masuk ke SMP Negeri 31 Bandar Lampung.

Saat memasuki jenjang SMP, saya masih tidak berfokus kepada akademik, saya mengikuti ekstrakurikuler paskibra dan mendapatkan banyak juara dalam kompetisi baris berbaris se-Provinsi Lampung. Dalam mengikuti ekstrakurikuler ini kepribadian saya ditempa untuk menjadi orang yang disiplin, menghormati NKRI, dan kebersamaan. Selain paskibra, saya juga direkomendasikan untuk menjadi calon ketua OSIS periode 2015-2016, yakni di kelas VIII, dan saya pun terpilih. Karena OSIS inilah saya lebih berani berbicara di depan umum. Namun, di kelas VIII juga saya tersadar akan ilmu yang harus saya miliki di masa mendatang. Akhirnya saya mencoba untuk menyeimbangkan akademik dan non-akademik. Hasilnya saya mendapatkan peringkat kedua di kelas saya.

Di kelas III SMP, saya semakin berfokus terhadap materi-materi akademik untuk menunjang pendidikan selanjutnya, yaitu SMA. Pada saat itu saya sangat tertarik kepada sekolah yang berbasis semi-militer seperti SMA Kebangsaan Lampung Selatan dan SMA Taruna Nusantara, karena sejak saya kecil orang tua saya sangat menginginkan saya untuk menjadi seorang polisi. Itulah mengapa saya termotivasi untuk menjadi seorang polisi bahkan seorang KAPOLRI sekalipun demi membanggakan mereka. Di semester kedua kelas III SMP, saya mulai mendaftarkan diri saya ke salah satu sekolah berbasis semi-militer di Lampung yaitu SMA Kebangsaan Lampung Selatan.

Setelah menjalani beberapa tahap seleksi seperti seleksi berkas, tes fisik, tes akademik, dan wawancara, saya yakin akan lolos dan diterima sebagai siswa di SMA tersebut. Namun, pada saat pengumuman 185 nama siswa yang lolos, saya tidak termasuk di dalamnya. Pada saat itu saya merasa sangat sedih, kecewa, dan frustasi. Bagaimana tidak, SMA Kebangsaan yang ruang lingkupnya provinsi saja saya tidak lolos apalagi untuk SMA Taruna Nusantara yang ruang lingkupnya Nasional. akhirnya saya hanya menargetkan nilai UN saya untuk masuk minimal sekolah negeri unggul di daerah saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun