Mohon tunggu...
330_Mellinia Msyla
330_Mellinia Msyla Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mellinia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Ancaman Dampak Mikroplastik di Perairan Indonesia

7 Januari 2023   09:00 Diperbarui: 7 Januari 2023   09:06 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Salah satu contoh dampak Globalisasi adalah berkembangnya industri yang menyebabkan pembangunan pabrik-pabrik untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Salah satunya adalah kebutuhan kertas sebagai sarana pendidikan, perdagangan, percetakan, dan lain-lain. Dengan bertambahnya jumlah pabrik, maka akan bertambah juga jumlah limbah yang dihasilkan. Limbah-limbah tersebut dapat  menghasilkan polusi, baik polusi air maupun udara. Dari latar belakang tersebut yang kemudian menggiring organisasi lingkungan termasuk Ecoton yang merupakan organisasi yang beranggotakan orang-orang yang memiliki pendidikan kompeten dalam bidang lingkungan dan ekspedisi sungai untuk melakukan penelusuran limbah dari sisa pembuangan pabrik ke sungai dan melakukan penelitian terhadap kualitas udara disekitar pabrik tersebut. Ekpedisi sungai ini di posting dalam youtube chanel “Watchdoc Image”.

Ekspedisi ini dilakukan di 3 sungai terbesar dipulau jawa, yaitu sungai Brantas (Jawa Timur), sungai Bengawan Solo (Jawa Tengah), dan sungai Citarum (Jawa Barat) untuk mengetahui kualitas sungai dari hulu sampai hilir sungai. Dari hasil ekspedisi tersebut memperoleh hasil bahwa kondisi air sungai sudah tercemar oleh mikroplastik yang tergolong parah. Kandungan mikroplastik ini sudah bisa ditemukan pada hulu sungai titik dimana awal arus sungai akan mengalir sampai ke hilir yang kandungan mikroplastiknya bisa dipastikan sudah tidak wajar.

Faktor terbesar penyumbang mikroplastik berasal dari pabrik kertas yang sengaja dibangun dipinggir aliran sungai untuk memudahkan pembuangan limbah bekas produksi. Produksi kertas yang notabene memiliki bahan dasar organik bisa menghasilkan limbah mikroplastik karena pengimporan bahan baku kertas dari luar negeri seperti Negara Eropa dan Itali untuk memenuhi kebutuhan produksi. Tetapi sampah kertas yang di impor tidak murni hanya berisi kertas saja, untuk mengurangi sampah dinegaranya mereka sengaja mencapurkan sampah plastik didalamnya. Hal ini menyebabkan sampah dari luar negeri di Indonesia ditandai dengan penemuan kemasan-kemasan makanan, pasta gigi, sabun dan kemasan lainnya yang tidak diproduksi atau dijual belikan di Indonesia.

Limbah sampah plastik yang berukuran besar dapat terpilah, tetapi sampah plastik dengan ukuran kecil (mikro) ikut tercampur dalam produksi kertas yang kemudian tercampur dalam air limbah kertas yang dibuang ke sungai. Limbah kertas yang pada dasarnya organik harus tercampur dengan mikroplastik yang tidak dapat terurai.

Dampak dari mikroplastik tergolong mengkhawatirkan, terutama pada sektor perikanan. Ikan-ikan disungai tidak dapat berkembang biak secara maksimal dan lama menghasilkan keturunan. Karena dampak mikroplastik yang menyebabkan ikan mengalami interseks akibat perubahan hormon dari efek mikroplastik. Pada sungai Brantas tercacat bahwa 80% ikan berkelamin betina dan 20% jantan akibat perubahan kelamin ikan. Selain itu, setelah diteliti lebih lanjut ikan-ikan disungai Brantas mengandung mikroplastik didalam tubuhnya. Jika manusia mengkonsumsi ikan tersebut maka akan tercemar limbah mikroplastik.

Faktor lain terjadinya peningkatan limbah mikroplastik berasal dari kegiatan pembuangan sampah oleh masyarakat ke sungai karena minimnya wadah pembuangan sampah bagi masyarakat. Hal ini juga didukung dengan kurangnya pemahaman masyarakat terkait bahaya limbah mikroplastik bagi kesehatan dan lingkungan, karena pada dasarnya limbah mikroplastik memiliki dampak yang tidak langsung terasa oleh masyarakat.

Dampak lain yang disebabkan oleh limbah dari pabrik kertas yaitu polusi udara akibat pembakaran sampah plastik yang terpilah dan dijual ke masyarakat setempat untuk bahan bakar gamping (batu kapur) sebagai sumber penghasilan sehari-hari. Terhitung sudah 10 tahun lamanya masyarakat kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, Jawa Timur menggunakan bahan bakar plastik. Pabrik yang tidak mau rugi menjual sampah plasti dengan harga murah ke masyarakat, untuk sampah plastik kering dihargai sebesar 300 ribu rupiah. Asap dari bakaran plastik dapat menghasilkan zat kimia berbahaya yaitu dioksin dan zat yang bisa digunakan untuk racun tumbuhan. Masyarakat yang merasa diuntungkan dengan adanya limbah plastik tidak menyadari dampak dari pembakaran plastik untuk tubuh mereka dan sekitar.

Sampai saat ini belum ada teguran atau tindakan tegas dari pemerintah untuk pabrik-pabrik yang membuang limbah air ke sungai, salah satunya kepada PT Ekamas Fortuna yang berada di Malang, Jawa Timur. Pabrik-pabrik masih aktif mengimpor sampah dari luar negeri dan tetap membuang limbah air ke sungai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun