Mohon tunggu...
widyapwkuniversitasjember
widyapwkuniversitasjember Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo

Selanjutnya

Tutup

Financial

Penyesalan Warga Kampung Miliader di Tuban

14 September 2022   15:04 Diperbarui: 14 September 2022   15:14 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Kabupaten Tuban Merupakan salah satu Kabupaten dari 38 Kabupaten dan Kota yang ada di Provinsi Jawa Timur. Wilayah Kabupaten Tuban berada di jalur pantai utara (Pantura) Pulau Jawa. Lokasinya bertetangga dengan Rembang, Lamongan dan Bojonegoro.Sebagian besar Penduduk Kabupaten Tuban bermata pencaharian bercocok tanam atau bekerja di sawah dalam bidang pertanian sedangkan sisanya merupakan nelayan, perdagangan dan pegawai negeri. Sektor unggulan yang dimiliki Kabupaten Tuban adalah sektor pertanian khususnya tanaman pangan. Dari sektor pertanian tanaman pangan, padi merupakan komoditas yang paling diunggulkan dari ketiga komoditas lainya yaitu jagung, kacang tanah dan ubi kayu.

Dinas Pertanian dan Pertahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Tuban mencatat luas lahan sawah pada 2020 bertambah jika dibandingkan tahun 2019. Tercatat pada tahun 2019 luas lahan sawah 56.439 hektar, sedangkan pada tahun 2020 luas lahan sawah 75.610 hektar.

Dengan luasnya lahan sawah yang ada di Tuban, ada kejadian yang tidak teduga akibatnya membuat heboh warga Tuban. Kejadian itu berasal dari Desa Sumurgeneng di Kecamatan Jenu, Tuban.

Desa Sumurgeneng di Kecamatan Jenu, Tuban viral dengan julukan barunya sebagai kampung miliarder. Tidak disangka banyak warganya yang mendadak menjadi miliarder setelah mendapat uang ganti rugi lahan untuk kilang minyak oleh Pertamina. Kisah itu bermula dengan adanya penolakan warga memberikan tanah mereka untuk digunakan sebagai lahan proyek. Nah untuk mengerjakan proyek gross root refinery Tuban, PT Pertamina (Persero) itu sedikitnya membutuhkan lahan seluas 800 hektare. Lahan seluas 326 ha sudah disediakan Pertamina dari tanah yang dikuasai oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Untuk sisa lahannya, Pertamina akan membeli lahan masyarakat. Sangat disayangkan, izin penetapan lokasi yang diterbitkan Pemerintah Provinsi Jawa Timur ini, digugat melalui PTUN dan pemerintah daerah dinyatakan kalah. April 2019, PTUN Surabaya mengabulkan gugatan pembatalan penetapan lokasi (penlok) pembangunan kilang Tuban.

Kilang minyak di Kecamatan Jenu, Tuban tersebut adalah proyek gabungan antara Pertamina dan Rosneft, perusahaan minyak dan gas asal Rusia. Perusahaan gabungan itu dinamai PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia

Diungkapkan oleh detikTravel, Pada hari Selasa 16 Frbruari 2021, Kades Sumurgeneng, Gihanto itu membenarkan berita tersebut, warga berlomba lomba membelanjakan uangnya untuk membeli mobil baru setelah mendapat banyak uang dari hasil penjualan lahan untuk kilang minyak. Ada sekitar 176 mobil baru yang dibeli warga desanya. Mobil yang dibeli sangat beragam, mulai dari Kijang Innova, Honda HRV, Pajero sampai Honda Jazz.

Hal tersebut terkuak dari video yang viral pada awal Februari 2021 yang diunggah warga setempat bernama Tain umur 38 tahun. Terekam beberapa unit mobil yang jumlahnya mencapai ratusan diangkut truk untuk diantar ke rumah warga desa yang membelinya. Truk mobil baru yang dipesan oleh warga setempat itu terekam mengantre di jalanan Desa Sumunggeneng. Tain sendiri mendapatkan Rp 9,7 miliar. Tetapi Tain memilih tidak membeli mobil, ia menggunakan uangnya tersebut untuk membeli tanah dan juga ditabung

Menurut Kades Sumurgeneng, rata-rata warganya mendapatkan Rp 8 miliar. Ada juga warga yang memiliki lahan 4 hektar itu menerima uang sebesar Rp 26 miliar. Dengan kejadian tersebut, tidak heran jika banyak warga yang menginvestasikan uangnya untuk membeli mobil. Tetapi sebelumnya Desa Sumurgeneng tidak ada bedanya dengan desa lain pada umumnya. Di Kecamatan Jenu, Desa Sumurgeneng ada di sebelah Selatan. Desa Sumurgeneng ini mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai petani, wiraswasta hingga industri sekitar seperti Pertamina dan lainnya.

Desa Sumurgeneng juga menarik perhatian karena memiliki sejumlah objek wisata yang sangat populer di Tuban dan di kalangan traveler setempat. Contohnya yaitu Pantai Remen Tuban dan Vihara Kwan Sing Bio. Desa yang dijuluki kampung miliader ini termasuk yang padat penduduknya.

Setelah hampir setahun berlalu, kini kabar tak mengenakkan datang dari kampung miliarder tersebut.
Hal itu diketahui saat unjuk rasa warga enam kota di ring organisasi usaha bersama Pertamina dan Rosneft dari Rusia, Senin (24/1/2022). Warganyanya berasal dari kota Wadung, Mentoso, Rawasan, Sumurgeneng, Beji dan Kaliuntu, Wilayah Jenu. Seorang lansia, Musanam, warga Kota Wadung, mengaku menyesal telah menyerahkan wilayah dan rumahnya kepada PT Pertamina Rosneft Handling dan Petrokimia (PT PRPP) setahun sebelumnya.

Saat ini kakek berusia 60 tahun itu tidak lagi memiliki gaji tetap, seperti setiap musim panen. Untuk mengatasi masalah kehidupan sehari-hari, dia harus menjual sapinya."Sudah tak jual tiga ekor untuk makan dan kini tersisa tiga," katanya saat terlibat dalam aksi demo. Hal lain juga disampaikan oleh Mugi, seorang warga desa Sumurgeneng lainnya.

Setelah menjual tanahnya seluas 2,4 hektar kepada PT pertamina tersebut, dia saat ini berjuang untuk mendapatkan bayaran untuk setiap panen. Jika biasanya Mugi bisa mendapatkan Rp 40 juta pada saat berkumpul, saat ini sudah tidak mendapat hasil tersebut.

"Dulu lahan saya tanami jagung dan cabai, setiap kali panen bisa menghasilkan Rp 40 juta. Kini tak lagi memiliki penghasilan, setelah menjual lahan," ungkapnya.

Ia juga bercerita, lahan miliknya dijual sekitar Rp 2,5 miliar kemudian uangnya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, sisanya ia tabung. Mugi ingat, dulu Pertamina sering mendatanginya saat berada di ladang untuk menjual propertinya. Semua pengaruh ditawarkan, termasuk tawaran pekerjaan untuk anaknya. Bagaimanapun, sampai saat ini, proposisi itu tidak pernah dipahami. Anak-anak mereka tidak mendapatkan posisi dari Pertamina. "Dulu saya didatangi pihak pertamina agar mau jual lahan, janji diberi pekerjaan anak-anak saya tapi tidak ada sampai sekarang,"  katanya.

Warga lainnya pun menyesal karena sudah terlanjur membeli banyak mobil, hal tersebut disebabkan karena mobil mereka sudah mengalami kerusakan lantaran rata-rata pemiliknya tidak bisa mengendarai mobil. Warga juga tidak memiliki pemasukan lantaran uang yang didapatkan dari ganti rugi sudah habis dan tak Memiliki pekerjaan setelah melepas sawah dan ladang mereka ke Pertamina.

Kejadian ini sebagai bentuk ukuran literasi pengelolaan keuangan sehingga Dana yang melimpah tidak dikelola untuk kembali diputar menjadi aset berjalan. Di sisi lain Pertamina mengklaim telah memberikan pelatihan manajemen keuangan. Corporate Affairs PT Pertamina rosneft pengolahan dan Petro Kimia, Yuli Wahyuni Witantra menyatakan Pertamina sebenarnya sudah memberikan pelatihan manajemen keuangan kepada penerima ganti untung pembebasan lahan proyek Grass Root Refinery atau GRR Tuban. Total sebanyak 325 orang penerima ganti untung dibagi ke dalam 10 kelompok mendapatkan pelatihan manajemen keuangan.

sementara itu sebanyak 100 orang warga yang berada di ring 1 proyek grr Tuban menagih janji Pertamina untuk mempekerjakan mereka di proyek tersebut. Pertamina sendiri mengaku berkomitmen melibatkan tenaga lokal dalam pembangunan kilang grr Tuban. Presiden Direktur PT Pertamina rosneft pengolahan dan Petrokimia kadek Ambara jaya mengatakan sampai proses pembersihan lahan tahap 3 2021 lalu, 98% dari 300 pekerja merupakan Warga lokal sekitar proyek kilang GRR.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun