Mohon tunggu...
Pudji Prasetiono
Pudji Prasetiono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perjalanan serta penjelajahan ruang dan waktu guna mencari ridho Illahi

Budaya, culture sosial dan ciri keberagaman adalah nilai. Alam terbentang dan terhampar elok sebagai anugerah Illahi. Buka mata dengan mata-mata hati. Menulis dengan intuisi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cita-cita yang Tak Pernah Putus

1 Juni 2020   09:09 Diperbarui: 1 Juni 2020   09:33 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Matahari masih menyisir dengan cahaya merahnya. Jika menengok gawai smart phone, waktu masih menunjukkan pukul 06 lewat 06 pagi. Setyo yang merupakan murid kelas 4 sekolah dasar negeri Maju Mapan I/123 tersebut terlihat bosan dan jenuh dengan keadaan sekitar serta situasi dan kondisinya.

Kegiatan persekolahan disekolah Setyo sudah dinonaktifkan semenjak awal bulan Maret 2020 dan dialihkan kesekolah dengan metode belajar online atau daring berkaitan dengan adanya pandemi Covid-19 atau virus Corona yang sedang menjangkit dan menggejala. Sehingga sejauh itu pula dia sudah tidak berangkat kesekolah pagi-pagi dan belajar bersama bareng teman teman serta bimbingan gurunya secara langsung.

Bermain serta belajar bareng dan bersama selepas pulang sekolahpun sudah tidak pernah Setyo lakukan, karena memang berkumpul dan berkerumun merupakan salah satu larangan guna memutus mata rantai penyebaran virus Corona yang pada dasarnya hobi serta kegemarannya melompat-lompat dengan jarak yang tidak terlalu jauh atau kurang dari satu meter melalui saluran pernafasan.

Namun Setyo tidak kekurangan akal untuk "membunuh" rasa jenuh serta kebosanannya yang harus senantiasa stay dan tinggal dirumah tanpa harus berpergian sekalipun pada saat silaturahmi lebaran tahun ini, 1441 H yang baru saja lewat beberapa hari tersebut.

Dimainkanlah gawai smart phone Setyo yang sudah cukup canggih untuk ukuran anak sekolah dasar yang sudah bermerk populer layaknya sebuah nama makanan yang digemari oleh banyak anak-anak sekolah seumuran Setyo.

Mulailah Setyo "menyebrangi" grup Whatss App sekolahnya dan mulai menyapa serta memulai perbincangan. "aku bosan nih teman-teman, enaknya ngapain ya?, ada yang punya ide?.". Ardi yang kebetulan online langsung menyambar kalimat Setyo, "maen layangan dilapangan enak tuh!".

Sinta yang juga online mengikuti perbincangan mereka berdua ikut urun rembug komentar. "Bukannya lebih enak main bola dilapangan rame-rame, sekaligus kejar-kejaran bareng Covid-19 alias Corona tuh", "bukan nya kalian harus nyantai di rumah dan belajar malah kepikiran maen layangan!.". "eh Sinta, pa kabar", Setyo menanggapi. "Kamu kan cewek kok hobi banget maen bola, memang citacitamu ingin menjadi pesebak bola wanita". "eh, enak saja,", Sinta menjawab. "Cita-citaku ingin menjadi suster atau perawat, sekalipun impian terdalamku ingin menjadi dokter, cuman takut ketinggian, entar jatoh sekalipun cita-cita memang harus setinggi langit, karena aku juga harus melihat keadaan dan kemampuan ekonomi orang tuaku.

Ardi yang dari tadi setengah mengumpet dalam pembicaraan tampil kembali, "kayak orang tua banget sih lo Sin, aku mah cita-citaku dari dulu tetap takkan tergantikan, ingin menjadi Polisi yang jujur dan berani".

Ditengah hangatnya perbincangan, Aprilia online, muncul dan bergabung. "pada tinggi dan mulia ya cita-cita kalian, kalau aku ingin menjadi Guru, mendidik dan membangun karakter siswa serta murid agar menjadi insan yang berkarakter dan berkepribadian seperti yang sering dikatakan oleh guru kita, lantas kamu sendiri apa cita-cita kedepan kamu Setyo". "Kalau aku sih pinginnya menjadi seorang tentara atau TNI, yang senantiasa siap dibarisan depan guna menjaga serta mengamankan negara dari segala bentuk ancaman dan gangguan".

"Tapi jika dalam situasi dan kondisi seperti ini terus, bagaimana?. Pandemi Covid-19 masih terus berlangsung, entah kapan akan sirna dan berlalu. Apakah dengan kondisi yang seperti ini kita bisa menggapai cita-cita kita dengan sekolah model dan metode seperti ini tanpa bimbingan guru secara langsung".

Sinta yang hobi bola dan nonton bolapun kembali berkomentar.  "Ya bisa lah!, kita selaku pelajar harus optimis dan senantiasa bersemangat, tetap belajar terus dan terus. Sekalipun entah kapan ketemu lagi dengan bangku serta meja sekolah. Jika pertandingan sepak bola saja bisa dilangsungkan tanpa adanya penonton, kitapun bisa belajar dan bersekolah tanpa harus datang kesekolah dengan bimbingan guru secara langsung. Karena memang pandemi Covid-19 belum berlalu".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun