Mohon tunggu...
Pudji Prasetiono
Pudji Prasetiono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perjalanan serta penjelajahan ruang dan waktu guna mencari ridho Illahi

Budaya, culture sosial dan ciri keberagaman adalah nilai. Alam terbentang dan terhampar elok sebagai anugerah Illahi. Buka mata dengan mata-mata hati. Menulis dengan intuisi.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Messi dan "Misi Mustahil" Lolos Fase Grup

24 Juni 2018   06:09 Diperbarui: 24 Juni 2018   07:10 1105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di klub masing-masing mereka saling serang kala laga El Clasico saat musim kompetisi di helat, saling menjatuhkan dan menyingkirkan demi gengsi pertaruhan klub paling bersinar di La Liga, Spanyol.

Luca Modric dan Ivan Rakitik, kini berpadu dari dua klub raksasa La Liga, Spanyol, Real Madrid dan Barcelona dalam tim nasional Kroasia. Padu nya permainan mereka di tim nasional Kroasia dalam laga pertaruhan fase group D, Piala Dunia Rusia 2018 membuat jalan La Albiceleste menjadi suram dan curam.

Argentina yang malang, buruknya permainan mereka disetiap lini semakin menegaskan penyebab kekurangan dari masing-masing skuad yang harus segera dibenahi disisa satu pertandingan terakhir dalam fase group yang masih tersisa, sekalipun berasa sangat mustahil.

Bentuk keterpaduan sang kapten, Luca Modric dengan sang rekan, Ivan Rakitik dalam skuad team nasional Kroasia sangat-sangat efektif memberikan suatu pembeda tersendiri. "Kuda hitam" yang lari melesak menumbangkan sang unggulan juara dalam Piala Dunia Rusia 2018 yang sekaligus penyandang status sebagai finalis Piala Dunia Brasil 2014.

Tim bertabur bintang, papan atas serta bintang lima yang diusung dalam skuad Argentina, tidak bisa berbuat banyak menghadapi tim "kuda hitam" dari semenanjung Balkan. Moncer dan bersinarnya skuad pada masing-masing klub di Liga masing-masing dimana mereka merumput tidak bisa menggaransi La Albiceleste untuk melenggang dengan gampang dalam melewati fase group D, dimana Argentina tinggal.

Sungguh diluar dugaan, permainan buruk dan tidak padu, mereka perlihatkan saat menghadapi Kroasia. Saking tidak menariknya sampai-sampai mata yang sudah mencapai "lima watt" ini semakin tergerus redup dan tidak fokus. Beruntung ada kacang Garuda sebagai "teman mantap" menemani menit demi menit dalam setiap pertandingannya, sehingga mata kembali menyala dan kembali bersemangat. Jadi jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda.

Blunder Berbuah Petaka

Dok. Four Four Two
Dok. Four Four Two

Sungguh disayangkan blunder Willy Caballero, kiper dari Argentina dalam memberikan umpan silang begitu melambung yang berbuah "petaka". Dari sini pula awal mula kegusaran permainan La Albiceleste yang membuat semua skema permainan menjadi berantakan.

Blunder ini mengingatkan pada pertandingan final Liga Champions 2018 yang baru di gelar di Kiev, Ukraina,  sebulanan lalu. Pertandingan final yang mempertemukan Real Madrid dengan Liverpool yang menyisakan sebuah kisah kelam, cedera Mo. Salah dan blunder Loris Karius selaku penjaga gawang yang akan terus dikenang sebagai "noktah" penyebab kegagalan Liverpool atas Real Madrid dipentas Liga Champions Eropa 2018.

Kini Willy Caballero melakukan aksi yang hampir serupa, blunder fatal berbuah gol awal Kroasia atas Argentina. Gol hasil blunder ini membuat skor yang masih imbang berubah menjadi 0-1. Lepas dari blunder Willy Caballero memang sebelumnya nampak jelas buruknya permainan tim nasional Argentina. Dengan tim bertabur bintang sama sekali tidak menunjukkan kalau mereka adalah pemain dengan skuad tim mentereng bintang lima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun