Oleh: Dr. Syamsul Yakin, M.A. (Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) dan Alifatul Lutfiyani
Tujuan dakwah islam bersifat universal: bukan hanya ditujukan kepada kaum muslimin, mukminin, atau muhsinin, melainkan kepada seluruh umat manusia. Hal ini selaras dengan misi kerasulan Nabi Muhammad SAW sebagaimana difirmankan Allah, "Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai Rahmat bagi seluruh alam" (QS al-Anbiya [21]: 107). Ayat tersebut menegaskan bahwa dakwah Nabi dimaksudkan menjadi rahmat, kebaikan, dan kasih sayang bagi seluruh makhluk.
Kata "rahmat" disini dapat dipahami sebagai kebahagiaan. Siapa pun yang menerima ajaran Nabi akan meraih kebahagiaan hakiki, sedangkan yang menolak akan menanggung kerugian dan kesengsaraan. Rahmat ini bahkan mencakup bangsa jin, karena kata "al-alamin" berbentuk jamak, meliputi semua alam. Dengan demikian, sasaran dakwah Nabi adalah manusia dan jin.
Nabi Muhammad SAW dipilih memikul amanah ini karena kemuliaan akhlaknya. Integritas beliau menjadikannya pembawa petunjuk agar manusia terselamatkan dari azab akhirat. Allah menegaskan, "Sungguh, pada diri Rasullah terdapat teladan yang baik bagimu" (QS al-Ahzab [33]: 21). Apa pun yang beliau sampaikan bukanlah dorongan hawa nafsu, melainkan wahyu Ilahi (QS an-Najm [53]: 3-4).
Jika dakwah Nabi disebut rahmat bagi manusia, bagaimana posisinya ? Ajaran yang beliau sampaikan tidak bertujuan memusnahkan mereka. Berbeda dengan umat para Nabi terdahulu yang langsung dibinasakan ketika menolak, kaum kafir di masa Nabi Muhammad SAW justru merasakan keamanan, mereka tidak segera ditimpa azab atau kutukan di dunia. Inilah salah satu wujud rahmat tersebut. Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI