Mohon tunggu...
Wira ApritamaNurcahyono
Wira ApritamaNurcahyono Mohon Tunggu... Mahasiswa - From Bali

Mahasiswa UIN Maliki Malang prodi Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pegerakan para Santri dalam Memperjuangkan Kemerdekaan serta Kedaulatan Indonesia

21 Oktober 2021   22:24 Diperbarui: 21 Oktober 2021   22:49 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada tanggal 22 Oktober 2021 diperingati sebagai Hari Santri Nasional demi memperingati para santri yang telah memperjuangkan kemerdekaan dan kedalautan Indonesia. 

Selama ini masyarakat luas memandang santri hanya lah kelompok pelajar tradisional yang hanya memikirkan agama, tidak memiliki kemajuan, kemoderenan, dan tidak nasional. 

Sangat disangkan pola pikir salah masyarakat kebanyakan adalah salah. Santri dan agama Islam merupakan peran penting selama dalam perjuangan pada masa kolonial bahkan hingga masa agresi militer Belanda pasca kemerdekaan. 

Kebanyakan pergerakan perlawan adalah para kaum tradisional yang memegang teguh syariat islam pada saat itu, itu dikarenekan dalam Islam diharuskan bagi mereka untuk melawan jika engkau didzolimi. 

Begitu besar peran dan perjuangan para kaum santri yang mengangkat senjata mereka untuk melawan kaum penjajah atas nama bangsa Indonesi dan yang paling penting mengatasnamakan Allah di setiap perjuangan mereka. Maka dari itu saya ingin menulis mengenai pergerakan perlawanan yang telah dilakukan para santri demi kemerdekaan Indonesia.

1. Perang Paderi 1803-1837

Perang Paderi berlangsung di sekitar kawasan Sumatra Barat, Perang Paderi adalah peperangan Kaum Ulama (Paderi) melawan Kaum Adat, namun silih waktu berganti Belanda terlibat dan menjadi perang antara kaum paderi dan kaum adat melawan Belanda. 

Pada saat itu pada kepulangan 3 Haji dari mekkah yaitu Haji Miskin, Haji Sumanik, Haji Piobang yang ingin untuk memperbaiki aqidah dan akhlak Islam warga minangkabau. 

Mendengar hal tersebut Tuanku Nan Receh mendukung 3 haji tersebut, bersama para ulama minangkabau lainnya yang tergabung dalam Harimau Nan salapan. Tuanku Lintau dari Harimau Nan Salapan kemudian meminta untuk para kaum adat meninggalkan kebiasaan buruk yang bertentangan dengan syariat islam, dalam perundingan itu tidak terdapat sebuah kesepakatan hingga terjadinnya Perang Paderi.

Keterlibatan Belanda baru mulai masuk pada tahun 1821 disaat Kaum adat dipimpin oleh Sultan Tangkal Bagagar yang meminta bantuan kepada belanda. Dalam perjanjian antara pihak Adat dan Belanda, Kerajaan Paguruyung diserahkan kepada Belanda dan Kerajaan Paguruyung menjadi milik Belanda.

Lalu pada tahun 1825 pihak Belanda kesulitan dalam melawan kaum Paderi sehingga Belanda di Minangkabau saat itu meminta gencatan senjata kepada Kaum Paderi. 

Di saat masa gencatan senjata kaum Paderi yang saat itu dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol, mencoba untuk merangkul kembali kaum adat dan mencoba untuk berkompromi menjalin kerjasama melawan Belanda, Kompromi tersebut disebut "Plakat Puncak Pato".

Akhir dari perang Paderi ini awalnya dikarenakan strategi yang dilakukan Belanda pada tahun 1835 dalam memblokade Benteng Bonjol yang bertujuan untuk memblokir suplai makanan dan senjata. Sambil melakukan blokadi belanda sambil terus menyerang Benteng Bonjol secara terus menerus, namun strategi itu sepertinya kurang efektif. 

Lalu Pada tahun 1837 Belanda kembali memblokade Benteng Bonjol selama enam bulan dan melakukan serangan besar-besaran dengan menggunakan pasuka gabungan dari banyak kolonel dan perwira yang didatangkan dari banyak daerah di Hindia Belanda. Serangan bertubi-bertubi selama enam bulan itupun tidak bisa terus ditahan oleh pasukan Paderi sehingga pada tanggal 16 agustus 1837 Benteng Bonjol ditaklukan namun Tuanku Imam Bonjol berhasil kabur. 

Dalam pelariannya tersebut Tuanku mencoba membangun kembali kekuatan di Bonjol dari sisa-sisa peperangan tersebu, namun sebagian besar masyarakat sudah menyerah. Dan Tuanku Imam Bonjol menyerah pada oktober 1837.

2. Perang Diponegoro 1525-1530

Perang Diponegoro disebut juga perang Jawa, Perang ini merupakan perang terbesar dalam sejarah kolonialisme Belanda di Nusantara. Perang ini melibatkan pasukan Belanda yang dipimpin oleh Jendral Hendrik Markus melawan penduduk pulau jawa atau setidaknya Suku Jawa dan beberapa etnis Tionghoa Muslim. Bagi Pangeran Diponegoro dan seluruh pasukannya perang ini adalah jalan jihad melawan Belanda dan Orang Jawa yang murtad, datangnya pengaruh Belanda menyebabkan lunturnya nilai tradisi dan religius di Keraton serta kebijakan pro Belanda yang dikeluarkan Istana, hal itu menyebabkan Pangeran Diponegoro tidak senang dan marah.

Perang ini dimulai dengan patok patok jalan Anyar sampai Panurakan melewati tanah makan leluhur Pageran Diponegororo. Pangeran Diponegoro marah karena makam leluhurnya dinodai, lalu Pangeran memerintahlan untuk mengganti patok patok tersebut dengan tomba tanda sebuah pernyataan perang kepada Belanda.

Diponegoro memimpin Pasukan Jawa dari golongan petani hingga priyayi, 15 dari 19 pangeran bergabung dengan Diponegoro. Bahkan Diponegoro memobilisasi para bandit dalam pasukannya. Diponegoro dibantu oleh Kyiayi Mojo yang menjadi panglima perang sekaligus mempin spiritualitas pasukan agar tetap kuat.

Jalannya perang ini sangat sengit, terjadi di puluhan kota dan desa. Serangan rakyat biasanya dilaksanakan pada musim penghujan.  Pada Tahun 1827 adik ipar Diponegoro bernama Raden Tumenggung Sosrodilogo ikut memberontak di Bojonegoro dan berhasil merebut Rembang, Lasem, Dan Tuban. Pada Tahun yang sama pasukan Belanda berhasil mendesak pasukan Diponegoro menggunakan strategi benteng. 

Di  Tahun 1828 Raden Tumenggung menyerah karena pasukannya habis. Tahun berikutnya Kyai Mojo ditangkap, disusul Pangeran Mangkubumi  dan Panglima utama Diponegoro Alibasah Sentot Prawirodirjo menyerah. Tahun 1830 pasukan Belanda Dipimpin Jendral De Kock berhasil menjepit Diponegoro di Magelang. Diponegoro bersedia menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota dibebaskan. Lalu Pangeran Diponegoro diasingkan ke Manado lalu dipindahkan ke Makassar.

3. Gerakan organisasi-organisasi Islam

Pada masa kebangkitan Nasional dimana sudah banyak yang memiliki jiwa nasionalis tinggi dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Bentuk-bentuk perlawanan pada masa setelahnya pun berbeda dengan apa yang telah dilakukan oleh perlawanan yang dilakukan sebelumnya. 

Politik Etis yang diterapkan Belanda menyebabkan banyak para elite berasal dari pribumi yang menyebabkan bentuk perlawan melawan kolonialisme dibawa ke arah yang berbeda yaitu melalui gerakan-gerakan yang bersifat menyerang menggunakan pemikiran. 

Dampaknya banyak melahirkan organisasi Nasionalis yang diciptakan oleh para elite pribumi, banyak juga elite elite tersebut yang berasal dari santri yang membawa pergerakan nasional berdasarkan poros Islam hingga terlahirnya banyak organisasi Islam Nasional.

1. Sarekat Islam (SI)

Sarekat Islam sebelumnya bernama Sareka Dagang Islam yang memiliki pergerakan menolak politik dagang dari belanda dan membantu pedagang lokal dalam bersaing melawan pedagang asing dalam pergulatan Ekonomi. Lalu pada 1906 namanya dirubah menjadi Sarikat Islam (SI). 

Berkat HOS Tjokroaminoto SI menjadi badan hukum baru dan mendapat pengakuan dari pemerintah Belanda pada tahun 1912. Berkat itu pergerakan SI lebih luas ke ranah Politik dan Agama dalam menyebarkan semangat Nasionalis dalam memperjuangkan kemerdekaan.

2. Muhammadiyah

Pada awalnya pergerakan Muhammadiyah bertujuan untuk meluruskan kembali ajaran Islam yang melenceng yang berbaur dengan adat yang mistis. Peran-Peran Muhammadiyah cukup nampak dalam pendidikan dengan mendirikan sekolah dasar hingga sekolah lanjutan. Dalam pengajarannya Islam tidak hanyak agama spiritualitas yang pribadi dan statis namun dinamis dan berkembang dalam aspek kehidupan. Hal ini perkembangan Islam dalam masanya terus berkembang dan  modern dan menciptakan generasi muslim yang terdidik dan maju.

3. Nahdlatul Ulama (NU)

Nahdlatul ulama adalah pergerakan para santri yang awalnya didasarkan dari tuntutan tradisi dan situasi yang saatnya bergerak melawan penjajahan. NU kerap dikatakan sebagai organisasi Nasionalis, tercatat banyak peran besar dalam perlawannya melawan penjajahan, contohnya Resolusi Jihad yang dipelopori oleh pencipta NU dan para wakil cabang NU dari berbagai daerah.

4. Pelajar Islam Indonesia (PII)

Pelajar Islam Indonesia (PII) hadir sebagai pihak penengah dalam konflik antara Santri dan Juga Abangan yang saat itu indonesia baru saja merdeka. 

Pada saat itu pelajar santri berselisih dengan pelajar abangan, pelajar abangan menganggap santri kolot dan tradisional sedangkan santri menganggap abangan kafir dan keluar dari islam. PII Hadir sebagai penengah dan menjadi wadah pelajar Islam, tidak peduli dari mana ia berasal. Hal ini Juga bertujuan dalam menguatkan ukhwuah Islamiyah para pelajar agar terjalin ukhwuah yang kuat. PII muurni bergerak di bidang kepelajaran dan pendidikan tanpa ikut campur tangan sekalipun dalam urusan politik.

dan banyak lagi organisasi Islam Nasionalis yang berlandaskan atas syariat Islam

4. Resolusi Jihad 1945

Resolusi Jihad ini dipelopori oleh K.H Hasyim Asyari pada tangg 21 dan 22 oktober 1945. Walau telah mencapai kemerdekaannya musuh lama bangsa indonesia yaitu Belanda mencoba untuk merebut kembali Indonesia dibantu sekutu. Kedatangan Divisi 49 Divisi India dari Inggris yang dipimpin oleh brigjen Mallaby yang merupakan penyebab Agresi Militer Belanda II.  Resolusi Jihad ini adalah jawaban dari bentuk perlawanan bahwa setiap kaum muslim wajib hukumnya untuk membela tanah airnya. 

Dalam pertempuran 10 November berkobar perang antara kaum santri dan seluruh elemen rakyat indonesia melawan Belanda. Semarang juga melwan penjajah yang mendarat di semarang. Perlawanan tersebut berdampak pada banyak daerah di Indonesia dan menyebar ke banyak titik di Indonesia. 

Pondok pesantren menjadi markas Hizbullah dan Sabillillah (organisasi militer yang terdiri dari santri, dilatih pada masa pemerintahan Jepang) seluruh kaum muslimin dari muda hingga tua meneteskan keringat bercampur darah dalam  memperjuangkan kedaultan dan kemerdekaan Indonesia.


Perlu diketahui bahwa kemerdekaan tidak semata ada, semua itu dikarekan perjuangan para pahlawan dan banyak juga dipelopori dan antri ikut terlibat banyak dalam kemerdekaan indonesia. Kemerdekaan RI adalah rahmat Allah seperti yang tertulis dalam prembule UUD'45, "Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur , supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaanya". Jangan alihkan pandangan terhadap para santri karena suka tidak suka sebagian besar perjuangan kemerdekaan ada karena perjuangan para santri juga.




Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun