Mohon tunggu...
wahyu alatas sitompul
wahyu alatas sitompul Mohon Tunggu... -

saya suka dengan mengarang cerita yang nyata maupun yang fiksi belaka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Cerita dari Hatiku

2 Mei 2013   20:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:13 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pelukan terakhir ummi

Embun yang mengalir dari dedaunan yang hijau mengawalihari ku pagi ini. Aku pun bangkit dari tempat tidurku yang empuk dan berjalan menuju kearah cermin. Ku melihat diriku ku sendiri di cermin, aku perhatikan diriku semakin hari semakin kurus.

Tak berapa lama kemudian ummi memanggil ku dan aku tersentak sejenak.

“ syifa, “panggil ummi

Ya itu nama ku syifa. Aku seorang gadis manis berumur 14 tahun yang mempunyai penyakit leukemia atau disebut kanker darah sejak 6 bulan terakhir ini aku terjangkit penyakit itu.Dan dokter menfonis bahwa aku tidak lama lagi untuk bisa hidup.

Iya ummi,” sahut ku

Ayo sayang makan dulu setelah itu minum obat sayang,”

Iya ummi sebentar,”

Aku pun keluar dari kamar menuju ruang makan dan kulihat ummi dan ayah sudah terlebih dahulu duduk di kursi makan itu. Aku duduk di samping ummi. Dan seperti biasa aku selalu memperhatikan wajah ummi yang selalu sedih ketika melihat diriku, aku tau mungkin ummi sedih melihatku karena aku semakin lama semakin tidak sehat dan mungkin sedih karena ucapan dokter yang memeriksa ku waktu itu.

“biar ummi ambilkan ya nak,” kata ummi dengan wajah yang sendu

Iya ummi terima kasih ummi,” kata ku

Iya sayang, ya sudah ayo di makan,” kata umi lembut

Iya umi,” aku tersenyum

Aku pun mulai memasukkan nasi sesuap demi sesuap ke dalam mulutku. Tapi tiba tiba tanpa ku sadari hidung ku…….

“ummi lihat hidung syifa berdarah lagi,” kata ayah cemas
“ ya ampun syifa tunggu sebentar ya nak biar ummi bersihkan hidung syifa,” kata ummi sambil meneteskan air mata

Inilah yang selalu aku rasakan, aku tidak mampu menahan apa yang keluar berwarna merah dari hidung ku, aku tidak tau harus melakukan apa. Aku hanya bertahan dengan apa yang bisa aku pertahankan yaitu berdoa kepada yang kuasa.


“sudah ummi sudah tidak apa apa, ummi jangan menangis lagi ya syifa gak apa apa ummi,” sahut ku

Aku selalu membuat ummi dan ayah menjaditidak cemas dengan keadaan ku ini agar mereka tenang dan tidak terlalu khawatir dengan keadaan ku. Aku merasa kasihan terhadap orang tua ku, dengan keadaan ku seperti ini ummi dan ayah selalu berkorban untuk membuat ku sembuh, pagi, siang, malam ummi dan ayah selalu merawat ku.

Aku terdiam ketika ummi membersihkan hidungku yang berdarah. Ku perhatikan wajah ummi sesekali meneteskan air yang jatuh dari mata indahnya. Aku tak mau berdiam terus ku husap air matanya dan kupeluk dia agar dirinya tenang.

“sudah ummi jangan menagis lagi, syifa gak sangup ummi, melihat ummi sedih terus,” kata ku sambil memeluk ummi

Iya sayang ya sudah lanjut makan nya biar minum obat,” sahut ummi sendu

Aku, ummi dan ayah melanjutkan sarapan pagi dengan lahapnya kami memakan masakan ummi yang begitu enak.Selesai makan ummi pun mengambilkan obatku dan ummi menuntunku untuk minum obat. Jujur saja aku paling takut sama obat, karena rasanya pahit di lidah.

Ku lihat kearah jam dan bertanya kepada ayah

“ ayah tidah berangkat ke kantor sudah jam 07.00 yah,” kata ku
“ iya ini ayah mau berangat. Ya sudah ummi, syifa ayah berangkat ya, ayah sudah kesiangan,”

“ iya ayah hati hati ayah,” kata ku sambil menyalam tangan ayah

Ku antarkan ayah sampai ke depan pintu dan membantu ayah membawakan sebagian peralatannya. Tapi aku sedikit sedih, biasanya ayah selalu mengantarku ke sekolah tapi aku belum bisa bersekolah . Karena ummi khawatir aku belum sanggup dan kondisiku yang semakin hari semakin memburuk . ya bagaimana lagi aku tak mau buat ummi sedih, aku harus turuti apa kata kata ummi.

“ ya sudah ayah pergi ya sayang jaga ummi d rumah,” kata ayah

“iya ayah, hati – hati ayah di jalan”,kata ku

“iya sayang”, kata ayah

Ayah pun masuk ke mobil dan langsung berangkat ke kantor.
“hati hati ayah,” kata ku menjerit sambil melambaikan tangan

Setelah itu aku masuk kerumah karena ummi sudah memanggil ku. Ku lihat ummi sendiri membereskan meja makan dan ku langsung bergeges menyusul membantu ummi. Sambil aku membantu ummi,ku sempat kan untuk bercerita cerita dengan ummi.
“ummi syifa ingin seperti ayah menjadi arsitek yang sukses,” kata ku
“ kamu ingin menjadi arsitek sayang ummi mendukung mu,” sahut ummi tersenyum

“benarkah ummi mendukungku ,” kata ku
“ iya syifa tapi kamu harus janji kepada ummi harus cepat sembuh,” kata ummi sambil mencium keningku
“ iya ummi syifa janji demi ayah dan ummi,” kata ku sambill memeluk ummi

Pukul 12.00 hari semakin siang ku duduk di teras rumah memandangi taman depan rumah. namun aku sedikit bosan dan ku masuk ke rumah. tapi aku merasakan keganjalan di tubuh ku, aku semakin sulit menggerakkan kaki ku untuk berjalan.Ku paksa perlahan-lahanwalau aku sedang sakit aku tidak ingin memanjakan penyakit ini. Aku ingin sembuh tak ingin melihat ummi dan ayah putus asa suatu saat nanti.

“ aku harus bisa, aku kuat, aku tidak lemah,” kata ku

Tapi…

Aku pun terjatuh, ku menangis, ,menyesal, aku gakmau menyusahkan ayah dan ummi. Kenapa harus penyakit ini yang datang, kenapa ya allah aku gak sanggup karena aku, orang lain menjadi susah.

Diriku terdiam sejenak merenung, melamun dan tanpa ku sadar teman teman ku kiran, imel, nabila, andi dan edo datang dan sudah berdiri di depan rumah ku.

“assalamualaikum, syi……..

Salah seorang teman ku terkejut melihat diriku tergeletak duduk di lantai.

Ya ampun syifa kamu kenapa berdiam di situ, kamu gak apa apa kan, “sahut kiran

“tidak apa apa kok aku,” kata ku

“ teman teman ayo dong bantu jangan diam aja kasihan syifa,” kata nabila dengan marah

Teman teman ku membantu membimbing ku untuk berjalan ke arah ruang tamu. Lagi lagi aku menyusahkan orang lain. Bodohnya aku kenapa aku harus terjatuh tadi, seharusnya aku bisa bertahan. Ehmmmaku menyesal, menyesal.

“duduk syifa ,” kata imel

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun