Mohon tunggu...
Hasbi Zainuddin
Hasbi Zainuddin Mohon Tunggu... profesional -

Sedang menjalani rutinitas sebagai jurnalis. dan selalu berusaha menyajikan berita yang mencerahkan dan mencerdaskan. Setidaknya, melanjutkan tradisi para nabi dan rasul yang dijuluki "pembawa kabar gembira."

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Baca-baca

25 April 2012   08:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:08 14677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

“Mantra paling ampuh itu ternyata adalah Do’a”

Tidak ada rahasia untuk sukses, atau apapun konteksnya. Jodoh, kekayaan, jabatan, dan lain-lain. Tidak ada mantranya. Sekiranya anda menganggap, mantra sukses itu adalah sebuah doa yang makbul dan ampuh, saya menganggapnya sebagai sebuah ungkapan suggesti, ritual wajib yang mendorong alam bawah sadar anda untuk tergerak berusaha, dan merealisasikan keinginan itu. Konkretnya, do’a bukanlah mantra. Di mata saya, dia adalah penyempurna sebuah usaha.

Saya akhirnya tertarik untuk menuliskan ini, setelah bergulat dengan ingatan-ingatan beberapa tahun silam.

Ya, dunia ini nyata. Semuanya selalu didasarkan oleh logika, dan hukum kausalitas itu berlaku. Meskipun anda mungkin masih tetap kukuh, rahasia itu pasti ada! Pasti ada mantranya. Ada sesuatu, mungkin itu menyangkut alam gaib, jin, “baca-baca,” yang membuat anda bisa mendapatkan perempuan yang anda sukai, harta yang melimpah, atau kekuatan yang sakti, kebal dan tak terkalahkan.

Saya teringat, ketika masih kecil, dan mendengarkan cerita-cerita tentang hadirnya manusia-manusia yang kebal senjata. Ketika perang busur terjadi di wilayah Rappocini Makassar, atau rusuh di Poso, Ambon, dan lain-lain.

Lalu, kami semua sangat berobsesi untuk mengetahui sebuah baca-baca (istilah Makassar, berarti mantra) itu, agar bisa sakti dan menang saat berkelahi, atau di saat pulang dari sekolah dan diadang oleh preman. Saya teringat, saat seorang teman mendapat bacaan itu, dari seorang utadz. Ada beberapa ayat dalam AlQur’an yang menjadi bacaanya. Misalnya, ayat kesembilan surah Yasin: “Waja’alnaa min baini aydiihi saddan, wamin khalfihim saaddan, faagsaynaahum fahum la yubsiruun.” Ayat itu, ketika dibacakan saat ada preman menghadang, premannya pasti langsung gentar dan takut. Sayangnya, banyak teman yang mempraktekkannya, tapi tak ada pengaruhnya. Dia malah jadi bulan-bulanan preman.

Saat duduk di bangku tsanawiyah (SMP), obsesi mengetahui do’a ampuh untuk mendapat pacar, juga sangat besar. Ada sebuah kisi-kisi yang muncul, bahwa “baca-baca cewek” (mantra untuk bisa menggaet hati perempuan), adalah sebuah ungkapan yang dilontarkan oleh Nabi Adam kepada Hawa, ketika keduanya bertemu untuk pertamakalinya di Bumi, tepatnya di Padang Mahsyar.

Ungkapan itu sangat sakral, dan sangat rahasia. Hanya orang-orang tertentu yang tahu, dan diberitahukan oleh ustadz. Maka, usaha untuk mencari tahu bacaan itu pun, gencar dilakukan. Termasuk mendesak guru untuk membeberkan bacaannya. Beberapa ustaz, malah mengaku tidak tahu bacaan itu.

Namun, dari semua itu, yang populer dan banyak tersebar sepertinya adalah ayat ke-39 surah Thaha: “Wa alqaitu ‘alaika mahabbatan (dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang) Walitushna’a ‘ala ‘aini (dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku). Ayat itu menceritakan tentang ibunda Nabi Musa saat menghanyutkan bayinya (Musa) di sungai.

Saya juga teringat, bacaan yang diajarkan oleh orang-orang jaman dulu (Makassar) kepada anak-anak laki-lakinya. Ada yang disebut “pasang-pasang angin.” Konon, seorang pemuda harus naik memanjat pohon kelapa, di malam hari, lalu mengucap bacaan itu dan meniatkan agar bisa sampai ke mimpi sang perempuan yang dituju. Bunyinya begini: O Anging, kupasangko anne... (Duhai angin, saya berpesan kepadamu), Aqbiciq ri lalang tinro (bisiki (dia) di dalam tidurnya), na ambangung naik (kelak ketika dia terjaga), na mattimbo paqrisiqna (muncul “rasa” dalam dirinya)… Anging angngerang dinging-dinging, na mallantassaq ri buku (angin yang membawa kesejukan, menembus tulang), mengngerang nakkuq, mappaempo manggu’rangi (membawa kerinduan, membuat (dia) duduk, dan mengingat-ingat)….. dst. Bacaan ini diucapkan berkali-kali, di setiap malam.

Dan cukup banyak bacaan lain yang diajarkan untuk bisa mendapatkan perempuan yang diinginkan, agar menjadi jodoh. Sayangnya, tak sedikit yang mempraktekkannya, justru merasa tak ada pengaruh. Mantranya tidak berfungsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun