Mohon tunggu...
Aliah
Aliah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang guru di SMPN 278 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seuntai Harapan di Terik Matahari

6 April 2020   05:05 Diperbarui: 6 April 2020   05:35 817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“ Beli lima ribu lima ribu ya bang tiga mangkok”, kata Syafa.

“Campur nih,Bu”.

“Iya, Bang”.

Sambil menggoreng si Abang melanjutkan ceritanya lagi. Syafa mendengarkan sambil menangapi.

“Mau pulang kampung bingung, di sana kerja apa”.

“Di kampung juga keadaan semakin susah”.

“Istri saya sih nyuruh pulang ke kampung”.

“Ini aja dagangan boleh ngambil dari bos”.

“Pusing,Bu!”, berkata dengan nada sedih.

Dalam hati, Syafa hanya bisa merasakan penderitaan pedagang itu.

Syafa juga tidak berdaya dengan kondisi saat ini. Syafa hanya bisa menguatkan semangat si abang empek-empek itu. Syafa tidak bisa membantu apa-apa tapi dia hanya bisa mendengarkan keluhan dari pedagang itu sambil berkata,

“Sabar ya Bang...”

“Mudah-mudahan musibah ini bisa cepat teratasi”.

Kita rakyat kecil hanya bisa berusaha dan sambil berdoa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun