Mohon tunggu...
Aliah
Aliah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang guru di SMPN 278 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Inilah Potret Wajah Negeriku

16 Agustus 2019   13:19 Diperbarui: 16 Agustus 2019   13:20 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:indonesiasatu.co

Negeriku  Indonesia

Mengapa kau bermuram durja?

Wajahmu  terlihat kusut  dan tubuhmu tak berdaya

Derita apa lagi yang kau alami?

Seharusnya hari ini  kau bahagia

Menyambut  Hari Ulang Tahun kemerdekaanmu ke-74

Tapi di raut  wajahmu  itu  tak nampak

Kau hanya menunjukkan kedukaan yang mendalam

Seakan-akan bebanmu begitu berat kau pikul

Sampai kau tertatih-tatih untuk melangkah

Kerisauan hatimu nampak jelas dari gerak-gerikmu

Oh....negeriku yang kaya akan sumber alamnya

Beragam suku bangsa dan agama yang hidup dan berkembang

Semua itu kau miliki 

hingga negara tetangga merasa iri padamu dan berusaha untuk memilikimu

Semua itu kini tinggal kenangan

Sumber alammu kini sudah  menipis dikeruk oleh tangan-tangan asing

Untuk memperkaya diri mereka

Hutan-hutanmu sudah tak rimbun dan hijau lagi

Karena ditebangi, dibakari, dan dibabat habis

oleh tangan-tangan yang  tak bertanggung jawab

Sungai-sungaimu yang mengalir  tak jernih lagi

Airnya kotor menghitam akibat dari limbah-limbah  industri

Udaramu kini terasa menyesakkan dada

Akibat cerobong asap pabrik dan kendaraan

Alammu kini sudah tak bersahabat lagi

Bencana alam datang silih berganti

Gunung meletus, banjir bandang, air bah, longsor dan lainnya

Oh...negeriku berapa lama lagi  semua ini akan berakhir

Rakyatmu sudah lelah menanggung semua ini

Kemiskinan demi kemiskinan kini semakin tumbuh dan subur

Pengangguran semakin banyak dan kriminalitas semakin menjabur

Oh...negeriku bangkitlah!

Selamatkan dan tentramkan  rakyatmu dari semua bencana ini

Berbuatlah yang terbaik untuk rakyatmu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun