Mohon tunggu...
Michael Francesco
Michael Francesco Mohon Tunggu... Jurnalis - Pelajar

AMDG

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hewan untuk Uji Coba Obat-obatan, Perlukah?

22 Agustus 2019   21:16 Diperbarui: 22 Agustus 2019   21:33 1345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di dunia yang sudah berkembang ini, manusia menjadi lebih cerdas dalam segala bidang, salah satunya dalam bidang kilmu kesehatan. Berbagai obat untuk penyakit yang sebelumnya tidak dapat disembuhkan sudah berhasil ditemukan oleh para ahli di berbagai belahan dunia. Para ahli ini dalam percobaannya akan menggunakan makhluk hidup terrentu untuk menguji keberhasilan obat temuannya.

Dalam dunia ilmu kesehatan sendiri, penggunaan hewan sebagai bahan uji coba sangatlah lazim. Biasanya para ilmuwan akan menggunakan tikus sebagai bahan uji coba awal dan berbagai jenis primata sebagai bahan uji coba akhir. 

Primata yang paling sering digunakan adalah simpanse. Mengapa simpanse? Para ahli mengemukakan bahwa simpanse memiliki tingkan kemiripan DNA hingga 98% dengan manusia. Beberapa peilaku simpanse yang sangat mirip dengan manusia juga menjadi dasar pemilihan simpanse. Bahkan, menurut teori Evolusi Darwin, manusia merupakan evolusi dari primata yang diakibatkan oleh seleksi alam.

Alasan- alasan pendukung eksperimen pada binatang yaitu pengujian obat pada hewan sudah terbukti berguna untuk mengetahui manfaat ataupun akibat negatif yang ditimbulkan oleh obat tersebut. Di banyak negara, pengujian obat pada binatang menjadi keharusan sebelum digunakan pada manusia untuk mengurangi resiko kegagalan sebelum digunakan oleh manusia. Dalam kasus seperti itu, jika pengujian pada hewan dilarang, kemungkinan jatuhnya korban dikarenakan obat belum teruji tentu sangat besar

Meskipun penggunaan hewan dalam pengujian obat-obatan sudah dilakukan sejak dulu, tetap saja pengguanaan hewan ini menuai banyak kontroversi di kalangan masyarakat. Alasan utama para penentang penggunaan hewan uji adalah unsur "kemanusiaan" yang juga dimiliki hewan. Hewan juga merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki hak untuk hidup. 

Menurut, beberapa ilmuwan yang menentang penggunaan hewan uji mengatakan bahwa hewan yang dijadikan bahan uji coba seringkali sangat tersiksa dan diperlakukan kejam. Hewan masih sangat menderita setelah uji coba selesai, meskipun telah diberi anestesi sekalipun. Hewan merasakan rasa sakit dan penderitaan seumur hidupnya jika obat yang diberikan gagal dan menimbulkan kerusakan pada tubuhnya.

Bahkan dukungan yang diberikan oleh masyarakat untuk penggunaan hewan dalam uji coba semakin turun dari tahun- ketahun. Menurut Foundation for Biomedical Research, dukungan yang diberikan oleh kalangan masyarakat terhadap penggunaan hewan makin berkurang dalam sepuluh tahun terakhir. Dari yang awalnya 70 persen pada tahun 1990-an, dukungan tersebut berkurang menjadi 54 persen pada tahun 2008. Penentang pengujian obat pada simpanse ini kebanyakan berasal dari kalangan pecinta hewan dan komunitas pecinta alam. Diantaranya UCLA Primate Freedom Project, Animal Liberation Brigade dan Animal Liberation Front .

Bahkan tidak hanya kalangan masyarakat yang menentang, namun ada juga penentang yang berasal dari kalangan ilmuwan sendiri, salah satunya Dr John Pippin dari Physicians' Committee for Responsible Medicine.

"Penggunaan hewan sebagai penguji obat manusia adalah paradigma yang salah dan dipertahankan selama puluhan tahun. Dari sekian banyak obat yang terbukti manjur pada hewan, 90 persen gagal ketika diujikan pada manusia," ungkapnya seperti ditulis ABC News, Jumat (15/4/2011).

Menurut Dr John Pippin, percobaan seharusnya menggunakan teknologi modern seperti stem cell yaitu penelitian epigenetik serta genetik atau penelitian yang mengamati perubahan berbagai faktor genetik yang diturunkan.

Meskipun ditentang oleh banyak pihak, pihak ilmuwan menilai masih sangat membutuhkan hewan uji. Melalui Foundation for Biomedical Research, ilmuwan-ilmuwan pendukung penggunaan hewan uji belakangan semakin mengampanyekan pentingnya penggunaan hewan uji.

Organisasi yang ini bahkan rela menganggarkan lebih dari Rp 1 miliar untuk mengadakan kampanye tersebut. Salah satunya dengan memasang billboard bergambar tikus dan anak kecil disertai tulisan "Who would you rather see live?"

Dr Dario L Ringach, Seorang ahli saraf dari University of California mengaku sering terpikirkan untuk menentang penggunaan hewan uji, namun ia berpikr pengorbanan dilakukan untuk kebaikan yang lebih besar.


"Manusia yang menjadi korban akan lebih banyak jika tidak dilakukan penelitian. Bayangkan berapa banyak korban manusia yang jatuh apabila vaksin polio tidak  ditemukan?" ungkap Dr Ringach.

Dalam kasus penggunaan simpanse uji coba HIV AIDS sendiri juga memiliki banyak penentang. Alasannya adalah Sengaja menyuntikkan virus seperti HIV atau obat-obatan lainnya pada simpanse hanya untuk memahami dampaknya benar-benar tidak dapat diterima. Seolah olah simpanse tersebut mati tersiksa hanya untuk tujuan yang tidak terlalu besar.

Simpanse yang tidak memiliki kemampuan mengeluhkan rasa sakit dan penderitaan dimanfaatkan manusia saat melakukan pengujian pada simpanse. Seolah- olah kekurangan simpanse malah dimanfaatkan.

Selain itu, karena binatang seperti simpanse dan monyet sangat mirip dengan manusia dengan DNA yang hampir 98% sama yang memiliki kecerdasan dan mungkin kesadaran yang hampir sama, apakah manusiawi melakukan percobaan pada binatang seperti itu? Dengan melakukan percobaan pada makhluk yang hampir sama dengan manusia, bukannya sama saja melakukan percobaan pada manusia sendiri?

Selain itu, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, mustahil tidak terdapat metode alternatif untuk menggantikan pengujian pada hewan. Contohnya mungkin dengan pengujian obat terhadap sebuah virus yang disimulasikan di sebuah organ yang berasal dari orang yang sudah meninggal. Dengan ditemukannya berbagai metode tersebut, pengujian kepada hewan menjadi semakin tidak bisa dibenarkan.

Dengan kontroversi- kontroversi yang beredar di kalangan masyarakat dunia, menurut saya sendiri, penggunaan simpanse untuk pengujian obat HIV AIDS memang diperlukan untuk keperluan sains dan perkembangan ilmu kesehatan yang tentunya berdampak baik bagi tingkat kesehatan umat manusia. Jika obat tidak diujikan terlebih dahulu, dapat sangat merugikan umat manusia. 

Misalnya saat obat baru diujikan pada manusia langsung, ternyata malah mengakibatkan virus yang menular, entu sangat mengancam jiwa jutaan orang. Penggunaan hewan uji ini sangat penting untuk mengurangi korban manusia yang ditimbulkan oleh penyakit. Pengorbanan beberapa hewan jauh lebih murah harganya dibanding kematian umat manusia dalam skala besar yang bisa ditimbulkan oleh suatu penyakit.  

 Namun, penggunaan hewan uji yang dalam hal ini simpanse, haruslah sepadan dengan kepentingan untuk manusia. Pengujian pada hewan ini seharusnya dilakukan untuk obat yang telah memasuki tahap akhir. Sebisa mungkin, pengujian hewan menjadi langkah terakhir untuk pengujian obat. Selama obat masih bisa diuji dengan teknologi, hindari penggunaan hewan untuk mengurangi penggunaan hewan uji. Obat yang diujikan juga sebisa mungkin tidak berbahaya bagi hewan tersebut.

Kode Etik penggunaan hewan untuk kepentingan percobaan:

-Tujuan penelitian bermanfaat untuk kepentingan banyak orang.

-Peneletian dirancang sebaik mungkin agar tujuan penelitian kemungkinan besar dapat tercapai.

-Manfaat yang didapat sepadan atau lebih bermanfaat dibandingkan dengan pengorbanan dan penderitaan hewan uji.

-Setelah hewan uji terlanjur menderita sakit, cacat, ataupun penyakit permanen yang menyebabkan penderitaan, hewan tersebut harus dimatikan   dengan cara manusiawi untuk mengakhiri penderitaan hewan uji.

-Hewan yang digunakan dalam uji coba harus diperlakukan dan dirawat secara manusiawi. Hewan tersebut harus dirawat dengan layak, diberi makan minum yang sesuai dengan kebutuhan tubuhnya, dan diberi tempat tinggal yang layak.

Sumber:

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-1618317/uji-coba-obat-baru-pada-binatang-makin-banyak-ditentang

https://www.amazine.co/22218/animal-testing-8-pro-kontra-atas-pengujian-pada-hewan/

http://fkg.usu.ac.id/images/Bahan_Kuliah/Blok_4/2._ETIK_PADA_HEWAN_PERCOBAAN.pdf

https://www.abc.net.au/news/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun