Mohon tunggu...
Kang Miftah
Kang Miftah Mohon Tunggu... Administrasi - Kontributor Kompasiana

Kompasianer 2012 Hp : 081586662186

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Mitos Bedong Dalam Pandangan Orang Kampung

12 Desember 2012   08:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:48 4492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1355303638633142131

Tulisan ini berawal dari obrolan dengan ibu mertua saat kelahiran anak pertama ditambah dengan pengalaman masa lalu yang hingga kini masih saya ingat. Ceritanya begini, duahari setelah istri melahirkan anak pertama, saya sempat bertanya sama ibu mertua, baiknya si kecil di bedong atau tidak bu? Lalu beliau bilang tidak usah, semua anak ibu tidak ada yang dibedong dan kaki mereka semuanya bagus bagus tidak ada yang letter O. jadi kepikiran, betul tidak ya pernyataan beliau? Saking penasarannya, pernyataan itu menjadi PR dan memancing saya untuk mengetahui lebih jauh kira kira faktor apa saja yang membuat kaki bayi membentuk leter O seperti layaknya kaki para pemain sepak bola.

Boleh dibilang pernyataan ibu mertua diatas ternyata memiliki korelasi dengan cerita masa lalu. Waktu itu kalau tidak salah sekitar tahun 1999 saya pernah mengikuti seleksi calon anggota paskibraka tingkat kota bogor. Walau bermodalkan nilai raport alakadarnya, ditambah sedikit pengalaman berorganisasi di sekolah alhamdulilaah saya bisa lolos dengan hasil cukup memuaskan walau dalam penseleksian akhir oleh panitia penentu akhir (PANTUHIR) saya sempat menghadapi sedikit masalah.

Masalah bermula saat seluruh peserta diminta memperagakan jalan santai/langkah biasa, kemudian salasatu dari tim penilai/pembinaan paskibraka mendekati saya dan mendapati bahwa kaki bagian kiri terlihat mengalami kelainan. Kalau dilihat dari kejauhan kaki bagian kiri terlihat membentuk huruf O dan ini sangat tidak baik jika di lihat pada saat melaksanakan baris berbaris. Dengan pertimbangan nilai tes akademis dan kepemimpinan yang lumayan baik, akhirnya saya masih tetap di terima dengan catatan harus memperbanyak lariagar ukuran betis bisa lebih berisi sehingga kaki O saya dapat sedikit tertutupi.

Dari kejadian cerita di atas, muncul pertanyaan.. Apa betul faktor yang menyebabkan terbentuknya kaki letter O tersebut karena faktor bedong seperti yang dibilang ibu mertua? Setelah saya tanyakan masalah ini pada kakak, beliau mengatakan bahwa anaknya bapak/ibu semasa kecil (mulai dari anak pertama sampai adik yang bungsu semuanya hampir dipastikan melewati proses bedong), beberapa waktu kebelakang saya pun sempat berselancar didunia maya, Alhasil disana ditemukan artikel menarik seputar seberapa penting kah pembedongan bagi bayi dan seberapa besar dampaknya.

Jika mengacu pada konten websitenya “Happiest Baby on Block, disana diterangkan bahwa membedong bayi adalah alat vital yang terbukti secara klinis untuk membuat nyaman bayi yang menangis, dan mencegah bayi baru lahir dari tidur menelungkup. Bedong bayi yang hangat mengingatkannya pada tempat yang familiar baginya: kandungan ibu. Dunia ini masih asing baginya dan saat ia dibedong ia merasa tenang dan aman, oleh karenanya bayi suka dibedong.

Dr. Harvey Karp, ahli terkemuka tentang masalah bayi tidur dan karyanya meliputi hampir empat dekade, telah lama menganjurkan bedong Bayi. Pada websitenya “Happiest Baby on Block, Karp menulis bahwa bedong bayi adalah penting untuk kesehatan masyarakat karena bayi menangis dan kelelahan itu penyebab utama pemicu orangtua depresi pasca melahirkan, SIDS, pemicu penganiayaan anak-anak seperti mengguncang bayi, pemicu kegagalan menyusui, ibu merokok, stres perkawinan, pemicu kecelakaan mobil, dan over-diagnosis dan pemicu perawatan penyakit bayi.

American Academy of Pediatrics juga telah menganjurkan bedong bayi berkali-kali dan juga menulis tentang manfaat bedong bayi pada berbagai kesempatan. Bedong bayi adalah kunci untuk membuat bayi dan orangtuanya tidur baik di malam hari. Biasanya hanya beberapa kali bayi terbangun di malam hari karena haus untuk minum ASI, setelah kenyang dan dibedong, ia dapat tidur kembali.

“Mengingat jutaan orang yang telah mengunakan bedong bayi yang baru lahir setiap malam dan setiap hari, jika suatu teori anti bedong bayi benar berbahaya, seharusnya akan ada secara harfiah ribuan melaporkan kejadian berbahaya tersebut selama bertahun-tahun, dan ternyata tidak ada”, kata Michael Gatten, CEO dan Pendiri Miracle Industries, LLC, pembuat produk bedong bayi terkemuka.

Disisi lain, ada pula beberapa artikel yang menyatakan bahwa dengan pembedongan pada bayi, justru membuat bayi tidak bisa leluasa bergerak. Apalagi di bedong dalam jangka waktu lama. Hal ini akan beresiko bengkoknya kaki dan menghambat proses pertumbuhan tulang.

Untuk penjelasan yang paling bawah tentu sangat sejalan dengan pernyataan ibu mertua, beliau mengatakan, jika anak bayi yang semasa kecilnya dibedong akan berpeluang besar mengalami kebengkokan tulang. Sampai sampai beliau bilang “orang bule aja anak anaknya tidak di bedong kakinya pada bagus khan?

Walau masalah bedong masih sering mengundang perdebatan, tapi jika di telaah secara mendalam dan setelah saya praktekan sendiri, ternyata bayi yang di bedong sangat beresiko terjadinya pembengkokan. Contoh nyata bisa diambil pada anak pertama dan anak kedua saya, mereka keduanya memiliki kaki yang sempurna, dan semasa kecil mereka tidak kami bedong. Beda halnya dengan anak tetangga yang kebetulan memiliki dua anak dengan usia kelahiran yang relative tidak jauh dengan kelahiran anak saya, karena keseringan dibedong kedua anak tersebut kakinya terlihat kurang sempurna dan ada kecenderungan letter O.

Dari pengalaman nyata diatas, saya berani menyimpulkan bahwa budaya bedong di dunia perawatan bayi dari segi dampak tidak terlalu bagus. Tidak hanya berpeluang membentuk kaki menjadi leter O, tapi bisa mengakibatkan kaki menjadi tinggi sebelah. Kalau dalam istilah bahasa sunda di sebutnya cingked. Apakah anda termasuk orang yang menganut paham bedong??? Atau bagian dari korban bedong? Silakan anda telusuri dan buktikan sendiri… Salam santun untuk sahabat kompasiana

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun