Mohon tunggu...
Muhammad Ridho
Muhammad Ridho Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 24107030091

Seekor mahasiswa perantauan di Yogyakarta yang aktif membahas seputar kehidupan di Yogyakarta, berbagai permasalahan sosial, tren viral seputar game dan film, sejarah, serta kisah cinta yang paling mendalami peran.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Tergoda FOMO atau Mencari Peluang? Fenomena Netizen ke Luar Negeri yang Bikin Heboh #KaburAjaDulu

19 Februari 2025   21:29 Diperbarui: 19 Februari 2025   21:29 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tren Tag 'KaburAjaDulu' & Jabar Ekspres (Gamabr: Tren Tag 'KaburAjaDulu')

Akhir-akhir ini, tagar #kaburajadulu mendadak viral di media sosial, dipenuhi oleh postingan para netizen yang mengungkapkan keinginan mereka untuk meninggalkan tanah air. Banyak dari mereka yang menyebutkan bahwa gaji di luar negeri lebih menggiurkan, sistem yang lebih adil, dan kehidupan yang lebih sejahtera. Namun, pertanyaannya, apakah fenomena ini benar-benar didorong oleh keinginan mencari kehidupan yang lebih baik, ataukah hanya efek FOMO (fear of missing out) yang semakin membesar?

Mereka yang ikut tren ini sering kali mengungkapkan kekecewaannya terhadap pemerintah dan sistem yang ada di dalam negeri. Frustrasi terhadap korupsi dan ketidakadilan yang terjadi sering kali menjadi alasan utama mengapa banyak orang memilih untuk mencari kehidupan yang lebih layak di luar negeri. Bahkan, fenomena brain drain, banyak WNI di sana malah memilih menetap di luar negeri, semakin memperburuk keadaan,tetapi ada juga yang balik ke kampung halamanya.

Semua ini dipicu oleh postingan media sosial yang menampilkan kisah-kisah sukses di luar negeri, membuat tagar #kaburajadulu semakin viral. Lalu, apa saja faktor yang membuat warga Indonesia yang bertalenta di berbagai bidang merasa muak tinggal di Indonesia? dan apakah keputusan mereka benar-benar berdasarkan kebutuhan hidup yang lebih baik, atau hanya sekadar ikut-ikutan tren yang sedang ramai?

salah satu akun quora yang bernama Oliver Fuchmann (أوليفر فوشمان | אוליבר פוכמן)  berpendapat bahwa Faktor yang menyebabkan warga Indonesia yang bertalenta segala bidang sudah muak dengan tinggal di Indonesia antara lain:

  1. UMR yang dibawah rata-rata antara Rp 1.000.000,- s/d Rp 15.000.000,- yang membuat kebutuhan jaminan hidup serba kekurangan yang biasanya dari orang sudah berkeluarga untuk mencari nafkah untuk menghidupi keluarga belum lagi pajak yang membuat kehidupan mencukupi keluarga semakin absurd & mediocre.
  2. Disamping itu UMR kecil dapat beresiko PHK (dipecat) dengan mudah dan sulit mendapatkan pekerjaan baru dari sektor informal & kepercayaan pendiri perusahaan terhadap karyawan itu semakin sulit.
  3. Birokrasi yang terlalu njelimet, ya bisa dibayangkan kalo buat SIM, KTP, SKCK, KK, NPWP, dll harus daftarin dulu bikin formulir bahkan kalo ada kasus lapor ke polisi saja harus bikin surat izin lapor, dll yang justru rakyat beranggapan menjadi rawan korupsi.
  4. Maraknya ormas² yang berusaha memalak para pengusaha UMKM & investor² asing pada kabur alasan demi identitas saja.

Seorang Ayah yang berjuang demi keluarganya & www.Mojok.com ( Gambar : Seorang Ayah yang berjuang demi keluarganya)
Seorang Ayah yang berjuang demi keluarganya & www.Mojok.com ( Gambar : Seorang Ayah yang berjuang demi keluarganya)

Selain itu, keputusan mereka untuk pergi ke luar negeri memang sering kali didasarkan pada keinginan mencari kehidupan yang lebih baik, dengan harapan mendapatkan pekerjaan yang lebih adil, bukan sekadar ikut-ikutan FOMO. Namun, ada juga fenomena miris yang terjadi, seperti kasus Reynhard Sinaga, WNI di Inggris yang terlibat dalam tindak kriminal yang sangat menghebohkan. Kasus ini, meskipun tidak bermaksud memicu polemik tentang orientasi seksual, menunjukkan sisi gelap yang bisa terjadi di luar negeri. Masih banyak lagi kasus serupa yang terjadi, namun kali ini saya hanya ingin fokus membahas yang satu ini saja. Hehe.

Namun, sebelum memutuskan untuk pergi ke luar negeri demi mencukupi kebutuhan hidup, ada beberapa hal penting yang harus dipersiapkan. Mental, finansial, kemampuan bahasa, serta minat dan bakat adalah faktor utama yang harus benar-benar dipertimbangkan. Selain itu, penting juga untuk memegang prinsip "Dimana Bumi Dipijak, Disitulah Langit Dijunjung", yaitu menghormati aturan dan budaya negara lain sebelum mengharapkan penghormatan yang sama.

Tidak semudah itu untuk bekerja atau melanjutkan pendidikan di luar negeri. Tanpa persiapan yang matang, kita harus siap menghadapi berbagai risiko, terutama terkait dengan kebijakan dan sistem negara yang kita tuju. Semua keputusan dan persiapan tersebut bergantung pada kesiapan kita untuk menghadapi tantangan di luar negeri." Ungkap Oliver Fuchmann di akun quoranya.

Namun, Indonesia juga memiliki sektor-sektor berkualitas yang tidak kalah menarik, bahkan beberapa di antaranya setara dengan luar negeri. Kota Batam, yang dekat dengan Singapura, memiliki atmosfer mirip dengan negara maju. Bali dengan industri wisata dan hiburan yang berkembang pesat, serta NTT dengan wisata Komodo, menawarkan peluang besar bagi mereka yang memiliki keterampilan khusus. Selain itu, ada banyak sektor seperti freelancer, pegawai stasiun kereta api (pasca sistem Ignasius Jonan), restoran dan hotel berkelas, yang memberikan peluang tanpa harus bergantung pada sistem orang dalam. Gaji UMR yang fantastis di beberapa perusahaan juga menunjukkan bahwa Indonesia memiliki banyak kesempatan untuk mensejahterakan masyarakat dengan kualitas kerja yang memadai.

Beragamnya Keunggulan pada Sektor Pariwisata Indonesia  & VIA.COM Indonesia Official ( Gambar: Beragamnya Keunggulan pada Sektor Pariwisata Indonesia)
Beragamnya Keunggulan pada Sektor Pariwisata Indonesia  & VIA.COM Indonesia Official ( Gambar: Beragamnya Keunggulan pada Sektor Pariwisata Indonesia)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun