Tongkat Tunggal Panuluan, tongkat sakral milik masyarakat Batak Toba yang biasa digunakan oleh para datu (dukun) dalam ritual adat, kini berada jauh dari tanah asalnya. Artefak budaya ini menjadi salah satu koleksi di Belanda karena dibawa oleh peneliti dan etnolog kolonial Belanda pada masa Hindia Belanda. Dalam proses kolonialisme, banyak benda budaya Nusantara diambil sebagai koleksi etnografi, termasuk tongkat panuluan yang dinilai memiliki nilai spiritual dan artistik tinggi.
Tongkat tersebut didokumentasikan sudah berada di Belanda sebelum tahun 1883, kemungkinan dibawa setelah ekspedisi Belanda ke wilayah Tapanuli dan sekitar Danau Toba. Kala itu, banyak kolektor Eropa yang bekerja sama dengan pemerintah kolonial untuk mengumpulkan benda-benda adat dari berbagai daerah di Indonesia. Dalam konteks ini, tongkat tunggal panuluan tidak hanya dipandang sebagai simbol adat, tetapi juga sebagai "barang koleksi eksotis" yang merepresentasikan kebudayaan non-Barat bagi dunia Eropa.
Saat ini, tongkat panuluan tersebut tersimpan di Wereldmuseum Leiden, Belanda, museum etnologi yang menyimpan berbagai artefak dari seluruh dunia, termasuk Indonesia. Meski keberadaannya menandakan pengakuan atas nilai budaya Batak, hal ini juga menimbulkan pertanyaan etis tentang kepemilikan dan perlunya repatriasi benda-benda budaya ke tanah asalnya. Bagi masyarakat Batak, tongkat ini bukan sekadar artefak, tetapi simbol identitas dan warisan leluhur yang sakral.
Informasi terakhir dari TourGuide, pihak Belanda mau mengembalikan barang pusaka ini asalkan Samosir dibangun museum untuk menyimpan barang sejarah berharga ini. Diharapkan segera terealisasikan pembangunan museum di Tanahnya Suku Batak ini. Dan bagi masyarakat Indonesia setidaknya sadar untuk menjaga peninggalan berharga milik bangsa sendiri agar tidak dimuseumkan di Negara lain apalagi Negara yang pernah menjajah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI