Mohon tunggu...
Tedy Aprilianto
Tedy Aprilianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Individu merdeka permbelajar filsafat untuk memberi gambaran opini generasi muda

Mahasiswa Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada | Pembelajar Filsofis dan Pecinta Perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Money

Kelangkaan Minyak Goreng: Bentuk Kapitalisme sebagai Alat Pengacau Publik

27 Maret 2022   20:10 Diperbarui: 27 Maret 2022   20:14 1396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Produksi minyak goreng, Foto: youtube fakta populer

Keberadaan minyak goreng di pasaran akhir-akhir ini patut dipertanyakan oleh beberapa pihak. Dipandang dari perspektif pada kondisi sumber daya alam Indonesia, keberadaan bahan dasar minyak goreng sama sekali tidak mengalami krisis. 

Stok bahan mentah yang cukup melimpah pada awal tahun ini menjadi bahan pembicaraan publik bahwasanya isu mengenai kelangkaan minyak goreng ini pasti ada dalang kapitalisme yang membersamainya.

Keberadaan melimpahnya bahan mentah ini dapat  dibuktikan dengan data yang dilansir databoks.katadata.co.id kementerian pertanian (kementan), menunjukan bahwa luas perkebunan minyak kelapa sawit mencapai 15,08 juta hektar (ha) pada tahun 2021. 

Luas perkebunan di tahun tersebut naik sebanyak 1,5% dibanding tahun sebelumnya yang seluas 1,48 juta hektar (ha). Dari 15,08 juta ha, mayoritas dimiliki oleh perkebunan besar swasta (PBS) yaitu seluas 8,42 juta ha (55,8%). Kemudian perkebunan rakyat seluas 6,08 ha (40,34%) dan perkebunan besar negara (PBN) seluas 579,6 ribu ha (3,84%).

Kemudian menurut data kementan perkembangan produksi kelapa sawit nasional pada 2021 sebesar 49,7 ton. Dari data tersebut naik sebanyak 2,9 % dari tahun 2020 48,3 juta ton. 

Melalui data tersebut bisa disimpulkan bahwa Indonesia sama sekali tidak mengalami krisis dalam segi bahan mentah. Dengan besaran lahan sawit yang terus bertambah jika kita logika dengan akal sehat maka produksi  bahan mentah sudah dapat dipastikan akan menaik. Akan tetapi, kenyataan dilapangan tidak demikian.

Lalu dalam fakta kelangkaan minyak goreng  yang terjadi di lapangan ini  siapa yang pantas disalahkan ?

Jika kondisi bahan mentah melimpah dan stok barang di lapangan menipis maka sudah dapat dipastikan bahwa ada dalang kapitalisme dibalik kelangkaan ini.  

Berbagai permasalahan  yang bermunculan di lapangan seakan menjadi hal yang sama sekali tidak wajar di negeri yang kaya akan sumber daya kelapa sawit ini. Mulai dari pedagang ibu-ibu rumah tangga hingga pedagang kaki lima pun ikut merasakan dampak dari kelangkaan minyak goreng. 

Kelangkaan stok ketersediaan minyak goreng di pasaran membuat harga mengalami inflasi sedikit demi sedikit yang membuat beberapa masyarakat mengalami kesulitan ketika ingin membelinya. "Kami terpaksa menaikan harga pokok penjualan, karena jika harga minyak goreng  ini  tetap maka  kami tidak  mendapatkan modal balik", demikian penjelasan dari pelaku usaha Kripik Kentang Dapur Mami di Kabupaten Sleman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun