Apa kaulupa memetik embun-embun yang dinginnya, masih suka, diam-diam kita rindukan?
Embun-embun itu berbaris menuju ujung, bertanya-tanya kepada tiap daun, dinihari mana yang telah mengabaikan rindu.
Tiap laut mencintai pantai, tiap akar mengasihi daun. Hanya kita memilih tengkar, dan macam-macam yang bikin luka.
Kita saksikan rembulan padam, pagi tiba dengan sinar pengharapan, lalu matahari menyulap embun: mutiara air mata.
Apa kau tak lupa barisan embun, yang barusan meninggalkan mata kita, dan dingin menyemburkan racun rindu?
Embun-embun itu terbang menuju awang, bertanya-tanya pada tiap bisu langit, hujan mana yang gemar mengabarkan rindu.
Tiap hujan memahami syahdu, tiap senja memaklumi rindu. Sedang kita memilih cemburu, dan macam-macam yang bikin sendu.
Kita saksikan matahari tenggelam, malam tiba dengan gelap pengharapan, lalu rembulan menyuling embun: mata air kehilangan.
Apa kau sudah lupa memetik embun-embun, yang dinginnya suka diam-diam masih kita rindukan?
Mei 2015