Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Belajar dari Yuni Shara dalam Merawat Kesehatan Batin

17 April 2021   03:03 Diperbarui: 17 April 2021   03:05 1164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yuni Shara memilih jalan tabah (Foto: Instagram/@yunishara36)

 

Tidak banyak perempuan yang seberani Yuni Shara: mengakui keriput, menyungguhkan usia, dan mengiakan sabar. Tatkala dirongrong oleh warganet, Yuni bertahan dalam tabah. Tidak sengak, tidak songong. Julid yang datang ia terima dengan tabah.

Tidak semua orang, terutama penghibur publik, sanggup menahan diri dari cercaan warganet. Juliditas netizen kerap kali ditanggapi dengan "kepala panas". Polisi dan meja hijau menjadi tameng. Pasal karet dalam UU ITE kontan dipilih sebagai benteng pelindung martabat.

Yuni Shara tidak. Kejulidan warganet ia tanggapi dengan ramah. Ia benar-benar mendalami lagu Mengapa Tiada Maaf yang pernah ia tenarkan. Hujatan netizen ia tanggapi sangat ramah. Yuni lebih suka memilih pola komunikasi ramah daripada baperan.

Ibu dua anak itu mengambil jalan tabah. Laksana petugas layanan pelanggan (customer service), ia jawab semua tudingan dengan tenang dan teduh. Bagai pramubakti (office boy) yang tidak pernah mengeluhkan tip yang jarang singgah di saku. 

Netizen di Twitter pun menyanjung sikap Yuni. Posisi puncak tren perbincangan sempat diduduki pelantun lagu melankolik itu. Mari kita pilih iktibar dari pola komunikasi ramah versi Yuni Shara.

Bidik layar percakapan Yuni Shara dan netizen di Instagram (Sumber: Instagram/@yunishara36)
Bidik layar percakapan Yuni Shara dan netizen di Instagram (Sumber: Instagram/@yunishara36)
Pertama, pakaian yang kurang kain. Seorang warganet mengecam cara berpakaian Yuni. Sang warganet menyindir Yuni yang sudah berkali-kali umrah, tetapi bajunya masih “kurang kain”. Itu serangan fisik atas penampilan Yuni.

Alih-alih memelotot, Yuni malah berterima kasih. Saya bertanggung jawab atas diri saya sendiri. Begitu timpalan Yuni. Kalem. Tidak meledak-ledak. Komentar somplak tetap ia tanggapi dengan kepala dingin. Macam hatinya lama berendam di dalam kulkas saja.

Bandingkan dengan sikap seorang komentator bolasepak ternama. Boro-boro introspeksi, sang komentator malah ingin menggiring warganet ke penjara. Alasannya itu-itu saja, pencemaran nama baik atau perbuatan tidak menyenangkan.

Yuni Shara memilih tersenyum (Foto: Instagram/@yunishara36)
Yuni Shara memilih tersenyum (Foto: Instagram/@yunishara36)
Kedua, muka cantik dada kayak nenek-nenek. Sungguh komentar yang menyerang tubuh (body shaming). Apalagi jika dipadukan dengan semburan netizen lain: besok operasi plastik. Bagian itu saya sensor. Tidak layak umbar.

Alih-alih meradang, Yuni malah bangga pada usianya yang sudah tidak muda. “Saya memang sudah punya cucu, tapi lumayanlah gak jelek-jelek amat,” ujar Yuni. Bisa saja ia pilih komentar julid, seperti “situ berapa umurnya”, tetapi ia tidak begitu.

Ya, Yuni tidak begitu. Doi sungguh tua-tua keladi, makin tua makin jadi. Kesehatan batinnya sangat bugar. Tampaknya ia paham sekali bahwa kesehatan rohani dapat memengaruhi kondisi ragawi. Dengan kata lain, kesehatan psikis penting bagi kondisi fisis.

Bidik layar percakapan Yuni Shara dan netizen di Instagram (Sumber: Instagram/@yunishara36)
Bidik layar percakapan Yuni Shara dan netizen di Instagram (Sumber: Instagram/@yunishara36)
Begitulah. Keriput dan menua menjadi dua pangkal ketakutan banyak perempuan. Meski begitu, sebagian perempuan memilih berdamai dengan garis usia. Yuni termasuk di antaranya. Ia tahu bahwa ia tidak mungkin melawan takdir. Tua adalah nasib yang mesti dijalani sepenuh tabah.

“Menua itu pasti dan saya senang dengan usia saya,” tutur Yuni di akun Instagram @yunishara36.

Apa iktibar yang bisa kita petik dari cara Yuni menanggapi cemoohan khalayak? Kedewasaan. Banyak orang yang usianya menjelang tua, tetapi sikap dan perilakunya belum dewasa. Saya bisa jadi termasuk dalam barisan itu. Yuni tidak, ia menunjukkan kematangan dan kedewasaannya.

Pelajaran kedua adalah ketenangan. Banyak orang yang meledak-ledak ketika sisi sensitif dari dirinya diusik oleh orang lain. Saya boleh jadi termasuk dalam golongan begitu. Yuni tidak. Dengan bahasa sopan dan santun, ia tonjolkan ketenangannya.

Kesehatan batin. Inilah sisi kesehatan perempuan, termasuk laki-laki, yang jarang mendapat perhatian penuh. Biasanya kita amat sibuk mengurus hal-hal ragawi, kemudian abai mengurusi perkara rohani. Raga sehat, jiwa sakit.

Padahal, kesehatan batin sangat penting bagi kita. Selagi kondisi hati kita amburadul, perasaan kita cenat-cenut, pikiran kita pontang-panting, tubuh kita mudah terserang layu. Kepala pening, dada sesak, mata sembap, lutut goyah, perut menjerit. Banyak sekali.

Makdarit, belajarlah dari cara Yuni Shara merawat kesehatan batinnya. [kp]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun