Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Bossongang, Gangguan Ledakan Amarah, dan Pasangan Minta Digantung

16 April 2021   03:03 Diperbarui: 16 April 2021   03:01 2612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika kepala disesaki amarah (Ilustrasi: artworksadv.com)

Salah satu tabiat yang mesti kita kendalikan selama bulan puasa adalah amarah. Ya, itu termasuk bagian dari hawa nafsu yang harus kita perangi. Jika pasanganmu punya kebiasaan marah-marah tanpa juntrungan, nasihati. Masih begitu, "gantung" (ghosting) saja. Masih tidak mempan, tinggalkan. Tuman.

Dalam dunia psikologi ada istilah Gangguan Ledakan Amarah. Singkatnya, GLA. Bisa juga disebut Gila! Sebutan lainnya adalah Intermittent Explosive Disorder alias IED. Puasa sejatinya bisa menjadi obat mujarab untuk menyembuhkan gangguan kejiwaan ini.

Mari berkenalan dengan si Gila. Eh, maksud saya si Gangguan Ledakan Amarah alias IED.

Sebenarnya marah termasuk lumrah. Semua orang bisa marah. Semua orang berhak marah. Hanya saja, tidak semua orang mampu mengendalikan diri ketika hatinya dibelit rasa amarah. Perkara mengelola amarah sesulit menegakkan benang basah.

Rasa marah setara posisinya dengan emosi yang lain, seperti sedih, senang, kecewa, atau ceria. Itu sebabnya marah masih manusiawi. Akan tetapi, amarah yang meledak-ledak tanpa alasan yang jelas atau tanpa juntrungan bisa jadi berpangkal dari gangguan mental.

Gangguan ledakan amarah biasanya bersifat spontan dan tanpa alasan. Meledak begitu saja. Ledakannya beragam. Bisa umpatan, jeritan, bahkan ancaman kekerasan yang menyebabkan keselamatan seseorang atau sesuatu terancam.

Saya pernah mengalami gangguan kejiwaan ini. Semasa kecil, dari umur enam tahun hingga menjelang berjakun, saya mudah sekali marah. Berangasan, kata orang Melayu. Bossongang, kata orang Makassar. Setengah mampus saya lawan gangguan ledakan amarah itu.

Apakah bisa saya sembuhkan? Ternyata bisa. Hanya saja, sesekali masih meletup. Kalau dulu tanpa alasan, sekarang kadang karena dipicu oleh peristiwa yang bikin sakit hati. Meski hanya sekali-sekali, batin saya tetap tersiksa. Seusai mengamuk, saya menyesal tiada terkira.

Sekarang lihat pasanganmu. Jikalau ada peristiwa yang membuatnya mengamuk tanpa sebab, lihatlah dengan saksama. Kalau terus-terusan begitu, sebaiknya anjurkan agar pasanganmu mau mengobati hati. Kalau menolak dan tidak mau memperbaiki diri, tinggalkan saja.

Menunggu kekasih hati mengubah tabiat, tetapi yang ditunggu tidak berniat mengubah kelakuan, tiada berbeda dengan menunggu setronton emas batangan terjatuh dari langit. Mustahil terjadi.  

Gangguan ledakan amarah dapat mengancam kesehatan kita (Ilustrasi: Freepik)
Gangguan ledakan amarah dapat mengancam kesehatan kita (Ilustrasi: Freepik)

Gangguan mental ini tidak bisa dipandang enteng, sebab dapat memancing penderitaan fisik. Bagi penderita akan terserang napas pendek atau tersengal-sengal, tremor, kesemutan, dada sesak, kejang otot, hingga sakit kepala. Bagi orang lain, bisa terancam keselamatannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun