Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Membincang Manfaat Judul Berita Koran Kuning

4 April 2021   06:40 Diperbarui: 4 April 2021   08:02 1578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tumpukan koran. Sumber: piqsel.com

Akan saya ceritakan kepada kalian sesuatu yang bisa membuat perut kalian kembung karena tertawa. Ini bukan kisah pelawak, komedian, ataupun komika. Ini tentang judul berita yang teramat panjang dan berpotensi bikin ngakak tanpa jeda.

Saya tambahkan pengantar agar kalian makin paham. Pada suatu masa, koran kuning menjamur di Indonesia. O ya, koran kuning adalah jenis koran yang mementingkan sensasi. Beberapa merek koran kuning justru memakai kata merah dan hijau, bukan lampu kuning.

Bagi sebagian kalangan, koran kuning dianggap kurang intelek. Segelintir dari sebagian kalangan itu beralasan karena judul berita amat bombastis, segelintir lainnya karena merasa tidak akan mendapatkan tambahan wawasan dari berita apa pun di koran kuning.

Akan tetapi, lihatlah dari sudut pandang berbeda. Coba gunakan kacamata sopir bajaj dan  metromini. Mereka doyan membaca koran kuning. Alasannya sederhana. 

Pertama, bahasanya ringan dan mudah dicerna. Cari penumpang saja repot, buat apa bertambah pusing hanya karena membaca berita di koran. Perhatikan judul berita di bawah ini.

Blusukan gaya tengkurap di selokan (Sumber: istimewa)
Blusukan gaya tengkurap di selokan (Sumber: istimewa)
Tidak heran jika kita tidak akan menemukan judul berita seperti "Suara Netizen Suara Tuhan". Tidak akan bersua sekalipun kita cari hingga bulu ketek beruban. Judul seperti bisa membuat otak sopir dan kenek menciut. Mereka mesti memikirkan setoran, bukan berita.

Serombongan sopir lebih menyukai berita seperti di bawah ini.

Tertangkap karena kehujanan dan tidak pakai payung (Sumber: idnportal.com)
Tertangkap karena kehujanan dan tidak pakai payung (Sumber: idnportal.com)
Kedua, judul sudah mencerminkan isi. Artinya, pembaca koran kuning cukup membaca judul saja. Isi berita, masa bodoh. Siapa juga yang mesti membaca isi berita ketika penumpang sudah siaga dan setoran masih kurang? Tidak heran jika judul sudah mencakup keseluruhan berita.

Lihat contoh di bawah ini. 

Ibu dan pacar yang kesal (Sumber: brilio.net)
Ibu dan pacar yang kesal (Sumber: brilio.net)
Pembaca koran kuning hanya perlu berimajinasi. Mereka tinggal membayangkan seorang bocah, baru berusia dua tahun, tetapi senang benar berbahasa kasar; seorang ibu yang kzl karena bocahnya doyang ngomong kasar; seorang pacar yang siap menolong 24 jam. Ujung kisah, inna lillahi. Selesai berita hanya dari judulnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun