Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kerja Sampingan Orang Sakit, Menulis

1 April 2021   10:10 Diperbarui: 1 April 2021   10:16 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekalipun sudah keluar rumah sakit sejak 4 Februari 2021, jejak korona dan tipes belum benar-benar hilang dari tubuh saya. Selain tekanan darah yang belum mencapai normal, sakit kepala yang kambuhan, sendi-sendi yang sering linu tanpa sebab, tenaga juga belum pulih seperti sediakala.

Duduk sebentar, tulang punggung menjerit. Berjalan setengah kilometer, pandangan minta maaf. Angkat galon, tulang lengan meratap. Hanya angkat tangan buat berdoa yang bisa cukup lama. O, masih ada satu, memegang gawai.

Ndilalah, Kompasiana menawarkan topik pilihan. Kerja sampingan. Wah, kepala saya langsung tersengat "listrik" gagasan. Rasa-rasanya topik itu dihadiahkan khusus oleh Kompasiana buat saya. Boleh sedikit ge-er, kan? Kalau banyak, namanya gede rasa. Hiks!

Saya yakin, Admin Kompasiana sengaja. Andaikan tidak sakit pun, saya tetap tersanjung. Bukan apa-apa. Admin Kompasiana tahu benar bahwa pekerjaan utama saya adalah menulis. Sampingannya macam-macam. Kadang mengisi pelatihan, kadang menyunting naskah, kadang berkomentar di artikel Kompasianer lain.

Nah, selama sakit, dunia kerja saya berubah. Pekerjaan utama saya, ya, sakit. Itemnya macam-macam. Dari minum obat secara teratur hingga berdoa tanpa kenal malu. Dari tidur sepanjang hari sampai tidur sepanjang malam.

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi
Apa pekerjaan sampingan saya selama sakit? Jelas, menulis. Januari saya lewati dengan 67 artikel. Februari saya lalui dengan 60 artikel. Maret? Suasana menulis masih aman dan terkendali, bukan amin dan terkendala. Sepanjang Maret, 64 artikel berhasil saya tayangkan di Kompasiana.

Ketika sehat, tidak pernah saya mencapai angka 67 artikel. Jangankan 67, 60 dan 64 artikel saja belum tersentuh. Begitu sakit dan mesti tirah baring di dipan, buset, produktivitas meroket. Rata-rata dua artikel tiap hari. Plus bonus dua artikel yang terkarantina. Hehehe.

Bagaimana dengan kualitas tulisan? Sekalipun sakit, saya mati-matian menjaga kualitas tulisan. Kalaupun ada yang berubah, paling banter pada sajian infografis. Saya belum mampu membuat infografis di gawai. Berasa tidak nyaman. Itu saja.

Dari 64 artikel itu, sembilan artikel masuk Artikel Utama. Sisanya, Pilihan. Sepanjang Maret, hanya dua hari saya tidak sempat menulis. Hanya pada tanggal 4 dan 26. Kala itu kondisi drop banget. Boro-boro mengetik, membaca saja puyeng.

Selagi tirah baring, malah bikin tabel seperti ini (Gambar: Dokpri)
Selagi tirah baring, malah bikin tabel seperti ini (Gambar: Dokpri)
Sedang sakit malah produktif? Ya. Saya melakukannya. Kok, bisa? Saya juga tidak tahu. Semula saya jadikan semacam pelarian. Daripada ngeri karena terpapar korona, mendingan saya tulis apa yang saya pikirkan dan rasakan. Daripada ngilu karena tipes, lebih baik menulis. Itu saja.

Mula-mula berat, lama-lama terbiasa. Ilham kayak jatuh dari langit. Melihat berita, gagasan tiba. Membaca linimasa, gagasan datang. Mengeja resep, gagasan muncul. Ada saja sumur ide. Cecak diam-diam merayap saja cukup buat memantik ide. Dengar lagu Chrisye, jadi tulisan.

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi
Bagaimana dengan pembaca? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun