Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Panjang Terorisme Berkedok dan Bermotif Agama

30 Maret 2021   09:11 Diperbarui: 30 Maret 2021   10:33 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TERSEBUTLAH KISAH seorang tentara. Letnan Khalid al-Islambuli. Ia anggota organisasi al-Jihad di Mesir. Ia bertugas memimpim kelompok kecil untuk membunuh Presiden Anwar Sadat. Pada 6 Oktober 1981, setelah menghamburkan peluru ke tribune kehormatan tepat ke arah Anwar Sadat, Khalid berteriak lantang.

"Nama saya adalah Khalid al-Islambuli. Saya telah membunuh Fir'aun (Sadat). Dan, saya tidak takut mati," ujar Khalid, sebagaimana diungkap oleh Gilles Kepel dalam Muslim Extremism in Egypt: The Prophet & Pharaoh (1985:192).

Pembunuhan Perdana Menteri Indira Gandhi. Pembunuhan itu dilakukan pada 31 Oktober 1984. Pelakunya, dua orang pengawal Indira Gandhi yang beragama Sikh. Motif utama Satwant Singh dan Beant Singh adalah mendirikan negara agama di Punjab. Selain itu, balas dendam. Pada Juni 1984, tentara India menyerbu Kuil Emas (The Golden Temple) di Amritsar.

Seorang serdadu Israel, teroris bermotif Yahudi, menembaki penjaga Masjid al-Aqsha. Peristiwa itu terjadi pada 11 April 1982. Dua penjaga masjid wafat akibat serangan teror itu. Beberapa hari kemudian ricuh terpicu. Sembilan orang warga Palestina meninggal. Sebulan kemudian, 6 Mei 1982, teroris dari gerakan Khaka, Israel, berusaha meledakkan Masjid al-Aqsha. Untung saja aksi teror itu berhasil digagalkan.

Kisah teror terjadi pada 20 Maret 1995 di Tokyo. Pelakunya, Aum Shinrikyo, satu kelompok yang menggabungkan ajaran Buddha, Hindu, dan Kristen. Kelompok itu menyebarkan gas sarin di kereta api bawah tanah di Tokyo. Sebanyak 12 orang tewas dan sekira 5000 orang terluka.

Rangkaian tindakan terorisme juga pernah menghantui warga Amerika Serikat. Serangkaian teror dilakukan oleh anggota Christian Identity dan sekte lain selama satu dekade. Pada kisaran 1980-an hingga 1990-an rakyat Amerika Serikat dikejar rasa cemas.

Satu lagi, 4 November 1995. Seorang pemuda bersekte Yahudi ekstrem, Yigal Amir, membunuh Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin. Bruce Hoffman dalam Inside Terrorism (1998:89) mengurai alasan Yigal.

"Saya bertindak sendirian atas perintah Tuhan," ujar Yigal kepada polisi, "dan saya tidak menyesal."

***

TERORIS bisa beragama apa saja. Teroris bisa memeluk agama apa saja. Akan tetapi, ketika ia melakukan kejahatan berupa teror, agama yang dianutnya tidak bisa dianggap biang kerok. Jika agamanya yang salah, penganut agama yang sama pasti akan melakukan kejahatan serupa.

Teror atau kekerasan, baik menelan korban nyawa maupun harta benda, bukan sesuatu yang baru terjadi. Sejak zaman Nabi Adam sudah ada peristiwa teror. Belakangan ini, kekerasan itu kerap diakui oleh pelakunya sebagai kekerasan bermotif agama.

Oleh karena itu, teroris dan terorisme tidak bisa dipisahkan dari agama. Memang jelas bahwa biang keladi terorisme bukan agama, tetapi taktis dan teknis menyampaikan ajaran agama bisa menggiring penganutnya melakukan teror.

Ilustrasi: istockphoto
Ilustrasi: istockphoto
Pada 1980, ungkap Hofman dalam Inside Terrorism: Revised and Expanded Edition, terdapat dua kelompok teroris yang bisa dikatakan dimotivasi atau bercirikan agama. Pada 1992, jumlah kelompok teroris keagamaan meningkat drastis, dari dua pada 1980 menjadi 11 kelompok, yang meliputi agama-agama besar dunia dan sekte.

Sebanyak 16 dari 49 kelompok teroris yang aktif pada tahun 1995 merupakan teroris keagamaan. Setahun kemudian, 1995, jumlah kelompok teroris kian menjamur hingga mencapai 56 kelompok aktif. Memasuki tahun 2000-an, kelompok teroris makin marak. Terdapat 32 kelompok teroris beraliran kiri, 24 kelompok teroris etnik-nasionalis dan etnik-separatis, dan 52 kelompok teroris keagamaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun