Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Nafsu Makan Tinggi, Nafsu Baca Rendah

17 Maret 2021   15:45 Diperbarui: 18 Maret 2021   15:54 1025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membaca bersama, lalu menceritakan apa yang kita baca (Foto: Dokpri)

"Daeng, beri tahu cara terbaik untuk meningkatkan minat baca bagi siswa," ujar Saripuddin via aplikasi perpesanan. Belum saya jawab, permintaan kedua sudah menghambur ke mata saya. "Kasih tahu juga supaya banyak yang mengunjungi perpustakaan," katanya lagi.

Saripuddin. Teman kelas saya semasa SMP. Kami sekelas dari kelas satu hingga kelas tiga. Dia cerdas. Saingan saya dalam urusan peringkat kelas, selain Irsyam teman sebangku saya. Kini ia menjabat Kepala Dinas Perpustakaan Daerah di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.

Sudah tertebak, bukan? Betul. Pak Kadis menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan tugasnya selaku Kadis Perpusda. Rumusan pertanyaannya ada dua. Pertama, bagaimana merangsang minat baca. Kedua, bagaimana merangsang minat orang berkunjung ke perpustakaan.

Sekilas tampak sederhana, padahal rumitnya minta ampun. Orang-orang tidak akan bertandang ke perpustakaan jika minat bacanya rendah. Itu pangkal soalnya. Kalaupun seseorang punya gairah membaca yang tinggi, butuh waktu dan ongkos untuk menyambangi perpustakaan.

Pendek kata, ribet. Urusan merangsang minat baca boleh dikata pelik. Luar biasa pelik. Apalagi mendatangi perpustakaan. Ada tugas saja enggan. Jika kita mau membandingkan minat baca dengan minat makan, jauh pungguk dari rembulan. Jauh, jauh sekali.

Kenapa begitu? Sederhana. Kita tidak pernah melihat buku sebagaimana cara kita memandang makanan. Melihat makanan kesukaan, perut yang tidak bernyanyi pun mendadak kelaparan. Itu perkaranya. Berbeda dengan orang yang "lapar mata" setiap melihat buku.

Kenapa bisa? Ya, bisa. Lantaran orang yang "lapar mata" tiap melihat buku sudah membiasakan diri "lapar batin" jika tidak buru-buru membaca. Pembiasaan. Itu kata kuncinya. Hasilnya jelas, membaca akan menjadi kebutuhan. Tiada berbeda dengan makan, kebutuhan yang mesti kita penuhi.

Ngomong-ngomong tentang nafsu, dalam hal ini nafsu makan dan nafsu membaca, sebenarnya bisa dirangsang. Patut kita ingat, tidak semua orang punya nafsu makan yang tinggi. Adakalanya kita enggan sekali makan. Pada saat-saat seperti itu, nafsu makan pun mesti dirangsang.

Baiklah. Mari kita pinjam cara merangsang nafsu makan untuk meningkatkan nafsu membaca. Trik yang akan saya sajikan ini bukan rangkuman macam-macam teori, melainkan endapan atau perasan pengalaman selama bertahun-tahun menjadi manusia yang rakus baca.

Pertama, lebih sering makan dengan porsi kecil. Ketika nafsu makan menurun, jangan bermimpi bisa melahap makanan dengan tiga-empat kali menambahi isi piring. Harus bertahap. Membaca juga begitu. Cicil bacaan. Namanya juga mencicil, harus sering dan teratur.

Begitu kita melihat novel dengan ketebalan 300 halaman bisa menguapkan selera baca. Tenang. Perlakukan novel tebal itu seperti camilan. Makan sedikit-sedikit, tetapi sering. Begitu juga kalau kita membaca. Kelar 10 halaman, setop dulu. Rehat setengah jam, membaca lagi. Begitu terus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun