Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Balada Kudeta Demokrat: SBY Mulai Menyanyi, Tunggu Moeldoko Petik Gitar

25 Februari 2021   09:05 Diperbarui: 25 Februari 2021   09:27 918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Momen SBY bernyanyi bersama pengamen (Foto: Kompas.com/Markus Yuwono)

Isu kudeta di Partai Demokrat belum juga surut. Setelah AHY memilih kalem, kini sang begawan partai biru turun tangan. SBY mulai menyanyi. Lagunya balada cinta dan kesal yang membatu. Liriknya tajam, langsung menohok hati Moeldoko sang Kepala Staf Presiden.

Melalui sebuah tayangan video yang tersiar luas pada Rabu (24./2/2021) kemarin, SBY tidak butuh banyak intro. Ia langsung masuk refrain tanpa penyesuaian nada, tanpa peduli tempo, tanpa beban teknik olah vokal. Sang begawan bernyanyi.

"Secara pribadi, apa yang dilakukan Moeldoko di luar pengetahuan Presiden Jokowi. Saya juga yakin bahwa Presiden Jokowi memiliki integritas yang jauh berbeda dengan perilaku pembantu dekatnya itu."

Begitu refrain lagu yang didendangkan oleh SBY. Temponya cepat. Tanpa tedeng aling-aling. Larik refrain itu secara tegas merujuk pada batang hidung Moeldoko. Purnawiran jenderal itu seperti jengah karena kesal, jengkel karena dongkol, dan sewot karena amarah. Suara beliau bukan suara perut atau diafragma, melainkan suara hati.

Dengan roman melankolik dalam balutan suara bas, SBY terus berdendang. "Partai Demokrat justru berpendapat, apa yang dilakukan oleh Moeldoko tersebut sangat menggangu, merugikan nama baik beliau," katanya. Beliau yang ia maksud jelaslah tertuju kepada Presiden Jokowi.

Sebagai sosok yang pernah dua kali diantar oleh Partai Demokrat ke singgasana RI-01, SBY tentu tidak mau partainya diobok-obok oleh orang luar. Apalagi oleh orang yang pernah dekat dengannya, yang pernah ia angkat harkatnya. Lidah beliau menyembunyikan sakit, mata beliau memancurkan luka.

Bahasa tubuh beliau seperti menyimpan duka mendalam. Semacam memeram hal yang tidak pernah ia bayangkan. Tahukah kalian perihnya merasa dikhianati?Kira-kira begitu. Tahukah kalian pedihnya merasa digunting dalam lipatan?Kira-kira begitu. Hanya saja, Presiden ke-6 RI itu menahan kata agar tetap di dada.

Moeldoko tertawa (Foto: Kompas.com/Rakhmat Nur Hakim)
Moeldoko tertawa (Foto: Kompas.com/Rakhmat Nur Hakim)

Kini politikus kawakan yang sudah menelurkan banyak album itu terang-terangan. Tidak bermain metafor, tidak memakai alegori. Langsung tunjuk, langsung tonjok. Moeldoko. Begitulah beliau sebut satu nama yang ditengarai ingin mengucek-ngucek posisi anak sulungnya di pucuk Partai Demokrat.

Tentulah beliau menanggung nestapa melihat putra pertamanya tidak mendapat apa-apa. Sudah sowan kepada Megawati, sudah bertandang ke Istana Bogor, sudah pelesiran ke sana sini, eh, masih tidak dianggap. Boro-boro kursi menteri, kursi ketua umum saja digoyang-goyang. Kzl!

Dari situ dapatlah dimaklumi kenapa satu-satunya petinggi Nusantara yang mahir menggunakan kata prihatin itu sebal bukan kepalang. Okelah AHY tidak ditarik ke dalam lingkar satu Istana Negara, tidak apa-apa. Akan tetapi, janganlah pula partai kesayangan beliau ditowel-towel.

Tidak heran jika beliau akhirnya mengeluarkan dongkol dari hatinya. Beliau macam ingin mengatakan "lu jual gue beli". Beliau seperti ingin menyatakan kepada sosok Moeldoko agar "datang tampak muka pergi tampak punggung". Jangan main petak umpet, Jenderal!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun