Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pilgub DKI Jakarta, PKB Lirik Raffi Ahmad dan Agnes Monica

13 Februari 2021   10:10 Diperbarui: 13 Februari 2021   10:32 993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase Raffi Ahmad dan Agnes Monica (Dokpri)

Pagi sedang hangat-hangatnya. Cahaya matahari merambat di jendela. Lalu, mata saya tertuju pada satu berita. PKB sedang mencari calon potensial untuk memenangi Pilgub DKI Jakarta. Dua nama dari luar partai sudah dikantongi, yakni Raffi Ahmad dan Agnes Monica.

Mendadak hati saya berdendang. Iramanya entah kenapa mengarahkan saya pada rancak tempo lagu Agnes Mo, Takada Logika. 

Politik ini, kadang-kadang takada logika. Ambisi sebuah partai politik, yang tak ingin kalah sigap, jabatan itu hanya untuk sesaat.

Tidak salah, PKB tidak salah. Mencari figur, siapa pun itu, adalah hak mutlak partai. Mau melirik si R atau si A, itu hak prerogatif partai. Pihak luar tidak boleh mencampuri urusan dapur PKB. Kalaupun mau menggerundel atau mengkritik, ya, silakan saja.

Tidak salah, Raffi Ahmad dan Agnes Monica tidak salah. Mereka tidak menyodor-nyodorkan diri, tidak. Mereka tidak menawar-nawarkan nama agar disorong dalam Pilgub DKI Jakarta, tidak. Mereka tidak juga meminta-minta agar diusung sebagai calon. Tidak!

Sepintas kita bisa menduga-duga kenapa PKB melirik Raffi dan Agnes. Popularitas. Apa lagi kalau bukan ketenaran dan kemasyhuran dua pesohor papan atas itu? Raffi punya basis pengagum yang tidak sedikit, sementara Agnes punya suporter garis keras yang amat fanatik.

Ternyata tidak begitu. Wakil Ketua Komisi II DPR RI dari Fraksi PKB, Luqman Hakim, membeberkan kepada pewarta, cnnindonesia.com, alasan mengapa PKB serius melirik dua artis muda potensial tersebut.

Mari kita tilik!

Dua artis tersebut memiliki potensi untuk menjadi pemimpin, khususnya di Jakarta. Luqman dan PKB tentu sudah punya hasil analisis sampai berani mengeluarkan pernyataan sedemikian. Ada banyak contoh artis yang berhasil lolos menjadi pemimpin daerah.

Pengalaman mengusung paslon Dadang Supriatna-Syahrul Gunawan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada pilkada serentak bisa jadi alasan kuat bagi PKB. Namun, tampaknya PKB luput mengingat kekalahan paslon usungan mereka, Kaderismanto-Iyeth Bustami, pada pemilihan di Kabupaten Bengkalis, Riau.

Itu baru tahap pertarungan. Akan semakin rumit jikalau kita mau sedikit menilik kiprah artis yang berhasil menduduki jabatan publik. Rata-rata hanya diberi porsi selaku wakil. Rano Karno dapat pengecualian. Aktor kawakan itu pernah menjadi cagub pada Pilgub Banten, tetapi kalah suara.

Jika mereka menjadi pemimpin, akan punya empati yang kuat pada nasib dan kehidupan rakyat. Ini alasan kedua yang dikemukakan oleh Luqman. Alasan yang terkesan dibuat-buat. Baik Raffi maupun Agnes jelas punya empati. Kita bisa melihat dari sepak terjang mereka di dunia hiburan. Namun, apakah itu cukup untuk diseratakan dengan memimpin di sebuah kota bernama Jakarta?

Mengelola pemerintahan tidaklah semudah atau sesederhana mengelola penggemar. Semasa masih aktif menjadi mentor pada ajang pencarian bakat di beberapa stasiun televisi, Agnes punya kemampuan mengasuh dan mengemong anak didiknya. Sudah cukupkah itu sebagai bekal untuk memimpin Jakarta? Entahlah.

Mengelola pemerintahan tidaklah seenteng dan segampang memberikan hadiah menarik bagi penggemar. Hingga hari ini akun Youtube Raffi Ahmad masih dibanjiri pemirsa. Raffi punya daya tarik yang membuat dirinya seperti gula bagi penggemarnya. Sudah cukupkah itu sebagai modal untuk memimpin Jakarta? Entahlah.

Mereka kreatif, inovatif, dan tidak sombong sekalipun berada di puncak popularitas. Kalau cuma itu alasannya, Poltak dan Berta juga bisa diajukan sebagai calon. Mereka juga kreatif, inovatif, dan tidak sombong. Mengapa tidak langsung saja menyebut potensi meraup suara sangat besar?

Secetek analisis saya, kreativitas selaku artis tidak bisa disejajarkan dengan kreativitas sebagai pengelola daerah. Jauh panggung dari pelantang. Inovasi di dunia hiburan juga tidak cocok jika disebandingkan dengan inovasi di dunia pemerintahan. Jauh pemusik dari penyanyi.

Perkara kesombongan, dalam tilikan pengamat receh ini, tampaknya masih perlu diuji. Tiada niat saya untuk meremehkan kerendahhatian Raffi dan Agnes, tetapi tampaknya Haji Bolot dan Malih juga rendah hati.

Jikalau PKB memang serius ingin mengusung artis ternama, itu sah-sah saja. Toh rakyat Jakarta juga yang akan memilih. Hanya saja, saran saya, sekalian bikin konvensi calon gubernur Jakarta khusus dari kalangan artis atau pesohor.

Jangan tanggung-tanggung. Sekalian lupakan proses kaderisasi. Sekalian abaikan kader partai yang selama ini mati-matian membangun citra partai. Sekalian abaikan logika. Seperti kata Agnes, lirikan ini takada logika.

Maka Konvensi Cagub Khusus Pesohor bisa jadi solusi. Pesertanya jelas dari kalangan pesohor dengan penggemar atau pengikut yang buanyak. Jadi, silakan undang Kekeyi, Opik Kumis, dan Nikita Mirzani. Boleh juga Komeng, Kiwil, dan Tukul. Undang juga calon lain yang potensial, seperti Ariel, Lesti, dan Lyodra.

Supaya lebih variatif, undang juga Denny Siregar dan Abu Janda. Eh, Bray, jangan tertawa. Abu Janda punya bejibun pendukung fanatik!

Salam takzim, Khrisna Pabichara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun