Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menyigi Bagaimana Oposisi Menyanjung Risma

30 Januari 2021   11:11 Diperbarui: 30 Januari 2021   11:16 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Risma datangkan pelatih profesional dari Surabaya untuk melatih gelandangan memasak (Foto: Dokumentasi Kemenkes)

Sebagaimana netizen yang budiman, pihak yang berseberangan dengan Risma tentu saja berhak berkomentar. Soal disebut nyinyir atau kritik, itu tergantung pada sudut pandang saja. Malahan saya mengira itu sanjungan buat Bu Menteri. Hanya saja, cara penyampaiannya berbeda.

Layak diingat bahwa Risma memang menggemaskan. Sepak terjangnya dikejar oleh para pewarta. Mungkin saja beliau tidak sedang mencari borok pemerintahan Anies di DKI Jakarta. Mungkin, ya. Faktanya, perkara gelandangan ada di mana-mana. Bukan hanya di Jakarta.

Hidayat memberikan masukan yang penting dicamkan dan diperhatikan oleh Ibu Mensos. Ya, menteri itu pembantu. Tepatnya, pembantu presiden. Adapun presiden adalah pelayan. Tepatnya, pelayan masyarakat. Maka dari itu, seorang menteri tidak perlu tergopoh-gopoh memasak nasi atau membagikan nasi bungkus. Begitu saran Pak Hidayat.

Fahri juga menyanjung Risma. Doi memastikan bahwa pangkat dan jabatan Risma bukan lagi wali kota yang bekerja untuk satu kota saja, melainkan mesti bekerja untuk seluruh wilayah di negara tercinta ini. Itu saran yang sangat brilian. Dari saran itu, Risma bisa menata kebijakan dan bikin program yang jelas.

Adapun soal kocar-kacir di daerah gempa, warganet penggemar Risma tidak perlu belingsatan mendengar komentar Roy. Santai saja. Barangkali Pak Roy punya pengalaman mitigasi yang lebih baik sehingga beliau merasa sirik melihat rombongan Risma berupaya menyelamatkan diri. Itu juga berlaku bagi wartawan. Saran Roy patut diperhitungkan. Hiks.

Bagaimana dengan respons Anies terkait gelandangan dan pengemis? Biasa saja. Memang sudah tugas beliau sebagai Gubernur Jakarta untuk memastikan tidak ada warga yang luput dari catatan sipil, data penduduk, dan pembinaan untuk mengembangkan kemampuan dan kecakapan.

Adapun Risma selaku menteri baru di kursi yang basah dan rentan, memang wajib mencari data, mengolah konsep, dan merancang kerja cerdas selaku menteri. Kurang-kurangi pelesiran di kota Jakarta untuk menemui anak dan orang telantar. Biarkan itu menjadi wilayah amanat Anies dan jajaran di Jakarta.

Soal bagi-bagi nasi bungkus juga bisalah sekali itu saja. Cukup membantu di dapur, menemani ibu-ibu bekerja, memberikan dukungan moral, dan memastikan pasukan bagi-bagi nasi bekerja dengan baik. Jadi, tidak menghilangkan karakter kepemimpinan beliau sekaligus menyenagkan hati Pak Hidayat. Membahagiakan orang itu mulia, Bu Risma.

Saran-saran itu memang patut diperhatikan, tetapi ada saran yang justru perlu diperhatikan oleh Risma. Saran itu berasal dari anggota Komisi III DPR RI Fraksi Partai Demokrat, Benny K. Herman. Saran beliau tidak main-main. Jika Risma abai, citra beliau dan Presiden Jokowi bisa ambyar. Ayo kita simak saran Benny pada gambar berikut.

Saran Benny K. Herman untuk Ibu Mensos (Sumber: Twitter/@pdemokrat)
Saran Benny K. Herman untuk Ibu Mensos (Sumber: Twitter/@pdemokrat)
Dari gambar di atas, Benny menyatakan bahwa ada informasi yang beredar tentang data fiktif penerima bansos. Jumlahnya besar, sebanyak 16,7 juta orang. Jika tiap orang menerima 300 ribu rupiah, silakan cari kalkulator.

Benny juga mengingatkan soal protes menurunkan pemimpin yang, antara lain, karena pusaran korupsi sekitar istana. Itu bukan perkara enteng. Jauh lebih berat dibanding memikul kayu, meski itu foto lawas. Jauh lebih ruwet dibanding membagikan nasi bungkus. Perbaiki dan perjelas data, begitu pinta Waketum Partai Demokrat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun