Aduh, kok saya kesal, ya? Saya tidak boleh sepanas ini. Saya seorang penulis, ada beberapa pembaca yang mengenal nama saya, banyak pula yang pernah bertemu muka dengan saya, maka tidak seharusnya saya meradang hanya gara-gara Gray.
Bodoh amat. Bukan apa-apa. Selaku penulis, saya pantas dongkol. Saya sudah menulis 38 buku dan buku ke-39 sebentar lagi dirilis, tetapi belum satu pun buku anggitan saya yang dijual seharga Rp400.000,00. Memang ada beberapa judul anggitan saya yang laris manis, sayangnya banyak dibajak dan royalti terkena pajak.
Mpok Kristen Gray ini luar biasa. Setelah menetap di Indonesia, ia menulis buku. Judulnya agak okelah: Our Bali Life Is Yours. Harga bukunya tidak main-main, 30 dolar AS. Laku pula. Tidak kena bajak dan tidak bayar pajak pula. Bangke (dari kata bangkai)!
Sudahlah harganya mahal, maujud bukunya dalam bentuk buku-el alias buku elektronik. Kaum bule menyebutnya e-book. Tipis pula. Bangke lagi, dah. Bukan itu saja, isi bukunya adalah ajakan untuk masuk dan menetap di Bali secara ilegal. Semacam tip untuk masuk ke Indonesia lewat "pintu belakang". Makin bangke, deh!
Jadi, ringkasnya begini. Gray dan Saundra adalah sepajang (bukan sepasang) sejoli yang di negara asalnya miskin semiskin-miskinnya sampai-sampai tidak sanggup membayar sewa kosan (mereka bilangnya apartemen). Di AS tertindas, lalu pindah ke Bali.
Lagaknya selama di Bali persis juragan panci cicilan. Anak buah capek keliling, juragan selalu perkasa dengan omelannya. Gray tidak lebih dari Orang Kaya Baru setiba di Indonesia. Betapa tidak, dapat uang banyak dan enggan bayar pajak.
Sekesal-kesalnya saya, selalu ada saja hikmah di balik tindak-tanduk bule kere yang ngelunjak dan konyol itu. Mendadak saya merasa bangga pada netizen yang setia menggunakan bahasa Indonesia untuk menerkam Gray dan konco-konconya.
Saya yakin, bule-bule itu bakal kelabakan membuka Google Translate. Namun, mereka bakal kecele. Bukan apa-apa. Google Translate tidak mengenal kata seperti centong rice, gayung love, atau tumbal proyek.
Coba simak bagaimana kehebohan warganet Indonesia saat meminta kepada Direktorat Jenderal Imigrasi untuk memindahpaksakan Gray ke Depok. Sayang, orang Depok tidak terima dengan solusi mengoper Gray ke Bekasi. Ndilalah, orang Bekasi juga menolak sungguhpun mereka punya saran agar dikirim ke Jonggol saja.
Silakan tilik rekaman tangkap layar berikut.