Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Menyisir Dialog dalam Cerita

4 Oktober 2020   19:03 Diperbarui: 25 Maret 2021   00:28 1175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anda celaka kalau menyusun dialog hanya dengan berbekal "percakapan sehari-hari". Anda butuh akal sehat supaya tahu bahwa percakapan dan dialog merupakan dua peristiwa yang berbeda. Mari kita buktikan.

Jika hanya ingin menyusun percakapan, Anda tidak perlu mengerutkan kening. Cukup berkata "apa kabar" atau "sekarang tinggal di mana" atau "anakmu sudah besar". Basa-basi segera mengalir. Anda bisa mengakhiri percakapan atau mengatakan "sampai jumpa".

Percakapan adalah cara Anda berkomunikasi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Kadang Anda merasa bosan, kadang Anda sangat tertarik. Itulah percakapan. Anda bercakap-cakap dengan orang lain karena ingin menyampaikan pesan, peduli amat membosankan atau menyenangkan.

Dengan kata lain, percakapan adalah serangkaian obrolan yang Anda gunakan sehari-hari. Tidak ada beban menunjukkan karakter, tidak mesti memperkuat alur cerita, tidak harus menyajikan fakta, tidak wajib menghadirkan konflik, dan tidak perlu membangun suasana.

Berbeda dengan dialog dalam cerita. Jika Anda menyusun dialog, kata "dari mana" akan terdengar basi dan klise jika tidak didahului atau diikuti oleh dialog lain yang menguatkan. Dari sini saja kita sudah bisa memahami bahwa dialog berbeda dengan percakapan.

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi
Dialog dalam satu cerita, termasuk cerita pendek, adalah medium pertunjukan yang pencerita gunakan khusus ketika menulis cerita. Dialog tidak bisa kita pindahkan dari obrolan sehari-hari, pindah tumplek begitu saja. Dialog harus mengandung drama.

Coba perhatikan percakapan ini.

"Kamu Diana, kan? Sini dong, aku mau bicara."

Bandingkan dengan dialog ini.

"Aku tahu namamu Diana." Desisku sambil melirik kanan kiri. "Ada yang harus kusampaikan kepadamu. Penting. Sangat penting!"

Pada bagian percakapan, tidak ada tekanan emosi yang kuat. Berbeda dengan bagian dialog, ada efek drama yang muncul dari omongan sang tokoh. Jika bagian percakapan di atas kita salin dan pindahkan begitu saja ke dalam cerpen, dialog akan hambar. Ibarat jatuh cinta tanpa curi-curi pandang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun