Tahukah Anda hal apa yang menyakitkan dalam hidup? Ketika kita ada, tetapi dianggap tidak ada. Tahukah Anda hal apa yang dapat membunuh harapan? Ketika kita sudah siaga, tetapi kehadiran kita tidak dibutuhkan. Dua perkara itulah yang sekarang mengguncang batin Riqui Puig.
Sabtu pagi, 19 September 2020, langit di atas kepala Riqui Puig penuh awan hitam. Penyihir muda itu tidak masuk dalam rencana strategi racikan Koeman. Pelatih baru Barcelona sendiri yang menyampaikan kabar pilu itu. Pemain besutan La Masia itu sebaiknya angkat kaki dari Barca.
Bisa saja Riqui bertahan, tetapi talentanya akan sia-sia jikalau ia tinggal sebagai penghangat bangku cadangan. Itu pun belum tentu mendapat menit bermain.Â
Gelandang Barca sangat sesak, sekalipun Arturo Vidal sudah dipinggirkan. Riqui akan sakit hati sepanjang musim, sebab Koeman lebih memilih Carles Alena dan Miralem Pjanic.
Besi yang dibiarkan teronggok begitu saja lama-lama akan karatan. Sepasang kaki Riqui yang selincah balerina saat menggocoh bola akan lamban dimakan waktu. Duduk di bangku penonton lebih mengerikan lagi. Mutiara La Masia itu tidak layak mengalaminya.
Riqui juga bisa memetik pelajaran berharga dari Gerard Pique Bernabeu. Banteng Barca itu hengkang pada 2004 ke Manchester United, dipinjamkan ke Real Zaragoza (2006/2007), kembali lagi ke Setan Merah, hingga akhirnya pulang kampung ke Barca pada 2008/2009.
Kalaupun Riqui kelak tidak ingin atau enggan kembali, ia bisa meniru jalan hidup bibit bermutu La Masia. Di bawah mistar ada Andre Onana yang cemerlang bersama Ajax Amsterdam. Juga Pepe Reina yang kenyang bertualang di liga-liga besar Eropa.
Riqui tentu saja bisa menjadikan para bek yang gemilang di luar Barcelona. Eric Garcia kini mendapat menit bermain penuh di Manchester City. Berlian lainnya adalah Hector Bellerin yang kini menjadi andalan klub Arsenal.
Jika masih belum cukup, Riqui dapat mengambil pelajaran dari para gelandang. Thiago Alcantara yang berkilau di Bayern Munchen dan sekarang hijrah ke Liverpool. Boleh pula disebut Mikel Arteta yang sekarang membesut Arsenal. Pemain belia Xavi Simons bahkan kini menunjukkan tajinya di PSG.
Masih juga belum cukup, Riqui boleh menoleh pada penyerang yang memilih pergi daripada menjadi pesakitan di Nou Camp. Dapatlah kita sebut Mauro Icardi yang kini membela PSG setelah berjaya di Inter Milan.Â
Ada juga Adama Traore yang musim lalu terus mencuri perhatian setelah tokcer selama membela Wolverhampton Wanderes.
Ada yang pergi kemudian kembali; ada yang pergi dan belum kembali; ada juga yang pergi dan tidak pernah kembali. Riqui bisa memilih salah satu dari tiga pilihan itu. Ada opsi keempat, yakni bertahan di Barcelona, tetapi itu bukanlah pilihan bijak jika masa depan Riqui yang dijadikan alasan.
Ketika seorang pelatih menyatakan bahwa ia tidak memasukkan pemain tertentu dalam skema permainannya, pemain tidak bisa melakukan apa-apa. Bertahan dan menjadi pembangkang tidaklah bagus bagi pemain masa depan sekelas Riqui.
Sejatinya disebut "tidak membutuhkan kamu" tiada berbeda dengan "silakan angkat kaki". Sama-sama pengusiran. Penyuka sepak bola tentu lebih suka mutiara terasah dan bersinar daripada dibenamkan ke dalam lumpur dan hilang selamanya.
Kesempatan menjadi penerus Xavi Hernandez atau Andres Iniesta Lujan masih terbuka. Kalaupun pergi menjadi satu-satunya cara untuk kembali, ambil peluang itu. Sungguhpun pergi dan tak pernah pulang merupakan jalan terbaik, silakan raih potensi itu.
Dalam laporannya, RAC1Â menyatakan bahwa Koeman sudah pasti mendepak Riqui. Tidak perlu syok, Riqui. Tidak usah pula patah semangat. Ketika semua pintu tertutup, mana tahu ada jendela yang terbuka.Â
Jika semua pintu dan jendela tertutup, siapa tahu masih ada celah bagi harapan. Yang penting Riqui tidak mendobrak pintu atau mencongkel jendela, khawatir dituduh maling.
Seniman lapangan hijau mesti beraksi di lapangan hijau, bukan mencangkung di bangku cadangan.
Salam takzim, Khrisna Pabichara