Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mas Nadiem Mau Merdeka Belajar atau Belajar Merdeka?

17 Agustus 2020   12:10 Diperbarui: 18 Agustus 2020   11:26 1370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim (Foto: Kompas TV/Disdik Jabar)

Mas Nadiem yang arif.

Selamat merayakan Hari Kemerdekaan ke-75 Republik Indonesia, Mas. Saya tahu bahwa Mas Nadiem sangat sibuk, tetapi saya tidak sanggup menahan laju hasrat untuk menulis surat ini. Bukan apa-apa, Mas, unek-unek ini sudah tiba pada taraf bikin cenat-cenut kepala.

Begini, Mas Nadiem, saya termasuk orang yang menaruh harapan besar tatkala Mas Nadiem dipilih menjadi pembantu oleh Pak Presiden, yakni dipercaya menjadi Panglima Angkatan Berpikir Republik Indonesia. Harapan itu kian membuncah manakala saya membaca nas pidato Mas Nadiem yang alangkah keren.

Anda ditugasi untuk membentuk masa depan Indonesia, tetapi lebih sering diberi aturan dibandingkan dengan pertolongan.

Sungguh nas pidato yang menggugah dan mengubah. Menggugah karena Mas Nadiem memahami alangkah sulit beban yang diletakkan di pundak semua guru. Mengubah karena Mas Nadiem merapal janji terselubung untuk lebih banyak memberikan pertolongan daripada menyodorkan aturan.

Bagaimanapun, Mas Nadiem, kenyataan sering bertolak belakang dengan harapan. Barisan pemangku kebijakan tetap ngeyel "menghidangkan aturan" bernama Pembelajaran Jarak Jauh di tengah musim  pandemi korona. Mereka abai "mengulurkan pertolongan" kepada para guru yang tergeragap karena harus mengubah cara mengajar.

Pada titik sesederhana itu, bolehlah saya pertanyakan apakah niat Mas Nadiem tentang "merdeka belajar" memang sungguh-sungguh atau ingin memacu sanggah-sanggah saja.

Ihwal kesiapan guru, Mas, itu bukan perkara remeh yang dapat dipenuhi semudah kita mengedipkan mata. Ribet dan ruwet, Mas Nadiem. Mengurai benang kusut atau menegakkan benang basah pun masih kalah ribet dan ruwet.

Saya yakin, Mas Nadiem pasti tahu bahwa perkara kesiapan guru bukan semata-mata tanggung jawab guru. Universitas atau institut tempat mereka mempelajari seluk-beluk belajar-mengajar juga punya andil yang tidak sedikit.

Bagaimanapun, mental dan perilaku calon guru digojlok dan dipersiapkan. Faktanya, hampir seluruh mahasiswa calon guru di hampir semua perguruan tinggi pernah dipelonco atau dipingpong oleh dosen pembimbing sekadar untuk urusan bimbingan skripsi.

Calon guru yang kurang tabah tanpa sadar akan menumpuk dan memupuk dendam di dada mereka. Kelak ketika menjadi guru boleh jadi murid yang mereka jadikan sansak balas dendam. Tidak mudah menjadi mahasiswa calon guru, tetapi lebih tidak mudah lagi menjadi benar-benar guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun